Sejarah Membuktikan! Militer dan Politik Jadi Cara Dunia Amankan Energi

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pecahnya perang antara Israel dan Iran, yang kemudian melibatkan Amerika Serikat, semakin memperumit kondisi di kawasan timur tengah yang memicu lonjakan harga minyak global. Namun, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan adanya gencatan senjata kedua belah pihak, harga minyak dunia pun kembali turun, setelah beberapa hari lalu mengalami kenaikan.

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar menilai bahwa kondisi perang yang terjadi di dunia sejatinya tidak bisa dilepaskan dari upaya negara-negara dalam mengamankan pasokan energi mereka.

Arcandra menilai bahwa pengamanan energi baik oleh negara importir maupun eksportir dilakukan dengan berbagai cara, seperti pendekatan militer, politik, penggulingan kepemimpinan, hingga menciptakan ketidakstabilan kawasan.

1. Melalui militer

Arcandra mencontohkan strategi militer Jerman Nazi saat Perang Dunia II. Setelah menemukan teknologi untuk mengubah batu bara menjadi bahan bakar cair Jerman kemudian menyerang Polandia, salah satu negara dengan cadangan batu bara terbesar saat itu, guna mengamankan kebutuhan energi dalam negeri.

"Sewaktu itu dia (Jerman) men-declare bahwa kita sudah mampu memenuhi kebutuhan energi dalam negeri kita. Maka negara pertama yang dia serang waktu itu adalah Polandia," kata Arcandra dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Rabu (25/6/2025).

Hal yang sama juga terjadi ketika Jepang menyerang Pearl Harbor yang pada saat itu, 80% kebutuhan minyak Jepang berasal dari AS. Oleh sebab itu, ketika Amerika mengembargo ekspor minyak, Jepang menginvasi ke negara-negara penghasil minyak seperti Indonesia untuk mengamankan pasokan energi untuk industri dan militernya.

"Jadi kalau kita lihat waktu itu, pergerakan Jepang ke Indonesia itu salah satunya dalam rangka mendapatkan volume minyaknya. Jadi energi security Jepang pada saat Perang Dunia Kedua itu didapat lewat pendekatan militer," kata Arcandra.

2. Pendekatan politik

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pendekatan politik menjadi pilihan. Salah satu contohnya adalah perjanjian strategis antara Amerika Serikat dan Arab Saudi melalui pembentukan Arabian American Oil Company (Aramco), di mana AS menjamin keamanan Arab Saudi sebagai imbalan atas suplai minyak.

"Waktu itu deal-lah Amerika sebagai pemenang Perang Dunia Kedua dengan Arab Saudi terbentuk waktu itu Arabian American Company. Di situ deal-nya apa? Volume minyaknya Arab itu diekspor ke Amerika, Amerika memberikan jaminan keamanan untuk Arab Saudi. Ini cara politik yang pertama, mengamankan volume," ujarnya.

Cara politik kedua, yakni mengamankan jalur distribusinya. Adapun, ketika Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez yang sebelumnya dikuasai Inggris, Perancis, dan Israel, krisis energi melanda Eropa karena terhambatnya jalur pengangkutan minyak.

"Terancamkah energy security Eropa karena harus jalan lewat ke bawah ke Afrika Selatan. Nah, jalur ini juga sekarang menjadi target untuk energy security. Selain dua jalur utama, terusan Suez dan terusan Panama, jalur utama sekarang adalah Selat Hormuz. Jadi inilah cara metodologi by politics untuk mengamankan energy security banyak negara," katanya.

3. Penggulingan Kepemimpinan

Penggantian rezim demi mengamankan pasokan minyak yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Salah satu kasus paling mencolok terjadi di Iran pada 1950-an ketika Perdana Menteri Mohammad Mossadegh digulingkan.

Kemudian setelah kejadian itu, perusahaan-perusahaan minyak besar AS seperti Exxon dan Chevron masuk kembali ke Iran, menggantikan dominasi sebelumnya oleh British Petroleum (BP).

"Yang sebelumnya, minyak di Iran itu dikuasai Anglo Persian, yang merupakan BP, sewaktu Mossadegh itu dinasionalisasi, disuruh pergi. Kemudian mengganti leadershipnya Mossadegh dengan Shah Iran, masuklah kembali perusahaan-perusahaan Amerika. Ini juga termasuk by politics untuk mengamankan volume," ujar Arcandra.

4. Destabilisasi Kawasan

Berikutnya untuk mengamankan pasokan energi, cara berikutnya yakni menciptakan instabilitas di kawasan-kawasan penghasil minyak. Arcandra mencontohkan embargo minyak Arab terhadap AS pada 1973 sebagai bentuk penggunaan minyak sebagai senjata geopolitik.

Akibat embargo ini, AS mengalami krisis energi besar-besaran. Hal ini juga ditandai dengan banyaknya antrian panjang kendaraan untuk membeli bahan bakar.

"Untuk itu, strategi negara-negara besar ini adalah mungkin salah satunya bagaimana caranya tidak stabil. Dan uang yang dihasilkan dari minyak tadi, ini juga diungkap dalam buku yang saya baca, itu yang saya pernah tulis di IGSA juga, dari prize-nya Daniel Yergin, itu juga ditulis di situ. Bahwa dengan cara itu, bagaimana caranya uang yang didapatkan dari minyak tadi, dibelikan untuk senjata," ujar Arcandra.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Perayaan Tahun Baru China "Ular Kayu" di Dunia

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |