Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara Israel dan Iran, yang diperburuk intervensi militer Amerika Serikat, menyebabkan gangguan penerbangan di sejumlah negara Timur Tengah.
Terbaru dilaporkan wilayah udara tersebut kini telah dibuka kembali. Meski begitu, sejumlah maskapai masih melakukan penundaan dan pembatalan penerbangan.
Mengutip Al Jazeera, Qatar menutup wilayah udaranya selama beberapa jam pada Senin (23/6) setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap pasukan AS di Pangkalan Udara Al Udeid Qatar. Kondisi ini memaksa maskapai milik negara, Qatar Airways, mengumumkan bahwa penerbangannya ditangguhkan karena penutupan tersebut.
Setelah serangan AS terjadi, semakin banyak maskapai penerbangan yang membatalkan penerbangan, khususnya di Qatar dan Uni Emirat Arab, yang terletak persis di seberang Teluk Persia dari Iran.
Meski Presiden AS Donald Trump sudah mengumumkan gencatan senjata antara Teheran dan Tel Aviv pada Senin malam, banyak maskapai penerbangan telah menghentikan rute-rute tertentu hingga pertengahan minggu, dengan alasan masalah keselamatan.
Maskapai penerbangan Timur Tengah terdampak
Emirates yang berkantor pusat di Dubai menangguhkan semua penerbangan ke Iran dan Irak, termasuk yang melayani Baghdad dan Basra, hingga 30 Juni.
Sejumlah penerbangan Emirates lainnya yang tidak disebutkan jumlahnya dialihkan, tetapi tetap beroperasi sesuai jadwal. Menurut Emirates, mereka menggunakan jalur penerbangan yang jauh dari daerah konflik, meski demikian beberapa penerbangan mungkin tertunda sebagai dampaknya.
Gulf Air, maskapai penerbangan Kerajaan Bahrain, memperpanjang pembatalan jadwal penerbangan ke Yordania hingga 27 Juni.
Data pelacakan penerbangan dari FlightAware menunjukkan 382 pembatalan di seluruh dunia setelah pukul 10:30 ET (14:30 GMT) pada hari Selasa, menyusul 834 pembatalan yang terjadi pada Senin.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Tarif Rata-rata Hotel Naik Rp150 Ribu, Biaya Liburan Kian Mahal