Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang panas ekstrem melanda wilayah timur Amerika Serikat (AS), mendorong suhu hingga menyentuh angka tiga digit Fahrenheit atau di atas 37°Celcius. Ini terjadi berbarengan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik Washington menyerang fasilitas nuklir militer Iran pekan lalu, sebagai respons atas serangan rudal balasan Iran terhadap Israel, meski baru saja Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata.
Fenomena panas esktrem ini dipicu oleh terbentuknya heat dome (kubah panas) yang sangat kuat. Hal itu menciptakan kondisi terpanas dalam beberapa tahun terakhir dan mengancam kesehatan lebih dari 150 juta warga.
Layanan Cuaca Nasional AS (NWS) memperingatkan bahwa suhu melonjak 15 hingga 20 derajat di atas normal di sejumlah wilayah, menyerupai puncak musim panas pada Juli, meski baru memasuki Juni. Sekitar 250 rekor suhu harian, baik suhu tertinggi maupun suhu malam hari terhangat, berpotensi pecah selama periode puncak panas, yakni Senin hingga Kamis.
"Suhu di beberapa kota bisa menjadi yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade," kata NWS Mount Holly, New Jersey, dalam peringatan resminya, seperti dikutip CNN International pada Selasa (24/6/2025).
Tingkat risiko panas ekstrem berada di level 4 dari 4, membentang dari Midwest hingga Mid-Atlantic dan sebagian Timur Laut. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga Kamis, tanpa jeda signifikan di malam hari. Kondisi ini berbahaya bagi warga tanpa pendingin ruangan dan hidrasi yang cukup.
Dampak Langsung dan Peringatan Kesehatan
Peningkatan suhu telah berdampak langsung. Dalam pertandingan Major League Baseball antara Seattle Mariners dan Chicago Cubs di Wrigley Field, Chicago, sejumlah pemain, wasit, dan staf dirawat karena sakit akibat panas.
Suhu saat itu mencapai 94°F (34°C). Tetapi indeks panas yang memperhitungkan kelembapan, membuatnya terasa seperti 105°F (40,5°C).
"Penyakit terkait panas meningkat signifikan saat cuaca ekstrem, terutama dengan kelembapan tinggi," tulis NWS.
"Kondisi ini bisa mengancam jiwa, terutama bagi anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis."
Namun, meski suhu diperkirakan mulai mereda secara bertahap pada Rabu dan Kamis, sebagian besar wilayah AS bagian timur masih akan merasakan panas ekstrem. Para ahli memperingatkan bahwa ini bisa jadi hanya awal dari musim panas yang lebih brutal.
Menurut prakiraan Climate Prediction Center, sebagian besar wilayah AS akan mengalami musim panas yang lebih panas dari biasanya, terutama di bulan Juli dan Agustus.
Para ilmuwan iklim menilai bahwa perubahan iklim akibat aktivitas manusia membuat gelombang panas lebih sering, intens, dan berlangsung lebih lama. Salah satu indikasinya adalah meningkatnya suhu malam hari, yang lebih cepat naik dibanding suhu siang, sehingga menyulitkan tubuh manusia untuk pulih dari stres panas.
"Panas adalah pembunuh cuaca nomor satu di AS. Dan trennya semakin mengkhawatirkan," ujar Dr. Kristie Ebi, pakar kesehatan lingkungan dari University of Washington.
Kota-Kota Besar bak Neraka
New York City diprediksi mencetak rekor baru dengan suhu hingga 100°F (38°C) pada Selasa ini, angka yang belum pernah tercapai di bulan Juni sejak 1966. Philadelphia berpotensi memecahkan rekor harian selama tiga hari berturut-turut, dengan suhu mencapai 101°F (38,3°C).
Washington, DC diperkirakan mengalami suhu tiga digit selama tiga hari, lebih cepat dari biasanya, yang umumnya terjadi pertengahan Juli. Burlington, Vermont, yang terletak dekat perbatasan Kanada, juga diprediksi mencapai suhu 90-an°F, mencatat salah satu hari Juni terpanas dalam sejarahnya.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Cuaca 'Neraka' Hantam AS, Permukiman Warga Dilanda Kebakaran