Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan (Kemendag) AS sedang mempertimbangkan opsi untuk mencabut otorisasi yang diberikan kepada produsen chip global seperti Samsung, SK Hynix, dan TSMC, selama beberapa tahun terakhir.
Opsi ini menjadi salah satu upaya baru AS untuk memblokir akses dan pengembangan teknologi di China. Pasalnya, para raksasa chip global mayoritas memiliki manufaktur di China.
Mengutip laporan Reuters, peluang bagi AS untuk mencabut otorisasi tersebut masih belum jelas. Namun, jika benar-benar dicabut, para raksasa chip global akan makin sulit menerima barang dan teknologi AS untuk digunakan di pabrik mereka di China.
Informasi soal opsi pencabutan otorisasi ini diperoleh dari orang-orang yang familiar dengan isu tersebut.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan AS sejauh ini hanya menyiapkan basis pertahanan jika kesepakatan 'perang dagang' dengan China gagal dilakukan.
Namun, pejabat itu menyatakan keyakinannya bahwa perjanjian perdagangan akan terus berlanjut dan logam tanah jarang akan mengalir dari China ke AS, seperti yang disepakati.
"Sejauh ini belum ada niatan untuk melancarkan taktik ini [pencabutan otorisasi untuk perusahaan chip]," kata pejabat tersebut.
"Namun, opsi itu adalah alat yang kami siapkan jika kesepakatan tak berhasil dicapai atau ada katalis lainnya yang dapat mengacaukan hubungan bilateral [AS-China]," ia menjelaskan, dikutip dari Reuters, Senin (23/6/2025).
Informasi ini membuat saham perusahaan-perusahaan chip yang memiliki manufaktur di China kompak rontok pada Jumat (20/6). KLA Corp anjlok 2,4%, Lam Research turun 1,9%, dan Applied Materials tenggelam 2%.
Sementara itu, saham Micron yang merupakan pesaing utama Samsung dan SK Hynic di sektor chip memori, naik 1,5%. Micron merupakan perusahaan chip AS yang mengandalkan manufaktur di kampung halamannya.
Juru bicara TSMC menolak berkomentar. Samsung, SK Hynic, Lam Research, KLA, dan Applied Materials tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Sebagai informasi, pada bulan Oktober 2022, AS memberlakukan pembatasan besar-besaran pada peralatan pembuatan chip AS ke China. Namun, AS memberikan surat otorisasi kepada produsen asing seperti Samsung dan SK Hynix untuk menerima produk dari AS.
Pada 2023 dan 2024, para perusahaan chip global menerima status Validated End User (VEU) agar dapat melanjutkan perdagangan tanpa hambatan.
Perusahaan dengan status VEU dapat menerima barang tertentu dari perusahaan AS membutuhkan lisensi khusus.
"Status VEU memungkinkan entitas untuk menerima produk dan teknologi yang dikendalikan AS dengan lebih mudah, cepat, dan andal," tertera dalam situs web Kementerian Perdagangan AS.
Otorisasi VEU disertai sejumlah persyaratan, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut. Salah satunya larangan atas peralatan tertentu dan persyaratan pelaporan.
"Pembuat chip akan tetap dapat beroperasi di China," kata juru bicara Kementerian Perdagangan dalam sebuah pernyataan saat ditanya tentang kemungkinan pencabutan otorisasi tersebut.
"Mekanisme penegakan hukum baru pada chip mencerminkan persyaratan perizinan yang berlaku untuk perusahaan semikonduktor lain yang mengekspor ke China dan memastikan AS memiliki proses yang setara dan timbal balik," ia menjelaskan.
Sumber dalam industri mengatakan jika perusahaan peralatan semikonduktor AS dipersulit mengirim barang ke luar negeri, hal ini akan membantu kompetitor dari China.
"Ini merupakan [hadiah] bagi perusahaan China," kata salah satu sumber dalam industri.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
China Tuduh Taiwan Jual Diri, Semua Buat Rayu Donald Trump