Kantor Tito Cecar Kemendag Gegara Masalah Minyakita Nggak Beres-Beres

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mempertanyakan penyebab di balik kenaikan harga minyak goreng kemasan sederhana-merek pemerintah, Minyakita. Disebutkan, harga Minyakita di sekitar 90% wilayah Indonesia kini melampaui harga eceran tertinggi (HET).

Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir lalu meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencari tahu penyebab sebenarnya harga Minyakita yang masih di atas HET. Hal itu terungkap dari Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025, Senin (23/6/2025).

"Dari data yang kita punya, 493 kabupaten/ kota, 440-nya itu masih jauh di atas HET ya. Jakarta saja tadi itu tinggi. Nah, 90% itu di atas HET. Yang ingin saya tanyakan dengan kondisi 90% ini, yang pertama apa masalahnya. Yang kedua, secara umum apa yang dilakukan Kementerian Perdagangan," kata Tomsi saat memimpin rapat, merespons paparan Kemendag.

Merespons pertanyaan itu, Direktur Tertib Niaga Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Mario Josko mengatakan, pasokan Minyakita memang belum merata. Jumlahnya, sambung dia, dikhawatirkan tidak bisa memenuhi seluruh permintaan.

"Tapi kami coba penyelesaiannya per wilayah. Di Timur tadi, Papua, seperti apa mapping pasarnya, mana pasar yang tidak ada distributornya, kita upayakan pasokannya. Nanti wilayah seperti Jakarta dan sebagainya, kami sudah rapat untuk melihat langsung. Kami harapkan BUMN dan D1 dan D2 mulai memasok ke pasar pantauan," bebernya.

Tomsi lalu mempertanyakan, jika pasokan memang kurang, penurunan harga tidak akan tercapai meski dilakukan berbagai upaya melancarkan distribusi.

"Kalau memang pasokan kurang sebagai masalahnya, mau distribusi lancar, kalau pasokan kurang ya harga tetap naik. Yang ingin saya tanyakan, kenapa pasokan bisa kurang?" ujarnya.

Mario menduga hal itu karena pasokan belum merata karena Minyakita sangat bergantung dari DMO (domestic market obligation/ kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam negeri) dan hak ekspor (PE).

"Nanti kami akan coba diskusikan di internal. Tapi kalau secara realisasi DMO, per bulan Juni ini sudah mencapai 98.269 ton (bulan Mei tercatat sebanyak 142.353 ton)," jawab Mario.

Tomsi menimpali, "Ada nggak kebijakan lain berkaitan dengan kurangnya pasokan ini? Supaya kita jelas. Karena kalau masalah utamanya Bapak sampaikan pasokan, mau kita utak-atik ke Papua, ke kiri ke kanan, karena 90% di atas HET wajar karena kurangnya pasokan," tukasnya.

"Karena masalah utamanya pasokan, ada jalan keluar lain nggak? Tolong disampaikan kepada pimpinan di sana. Kalau pasokan kurang, mau ke kiri ke kanan, tetap kurang," tegas Tomsi.

Mario lalu berjanji akan membahas masalah kekurangan pasokan itu sebagai evaluasi internal.

"Ya, jadi tolong disampaikan. Jadi kaya pemadam kebakaran. Dan kita selalu bermain di atas 90%. Artinya yang terjadi kenaikan ini di atas 90% wilayah kita. Yang bisa kita utak-atik itu 10% kurang. Cek sana, suplai sana, suplai sini. Kita berusaha, rapat terus, sementara masalah utamanya di 90% tadi," cetus Tomsi.

"Saya berharap Kemendag bisa membuat peta pasokan. Kalau memang pasokannya cukup, berarti tinggal distribusi. Kalau memang kurang, apakah ada jalan lain, dipikirkan," tukasnya.

Tomsi lalu memaparkan bagaimana penanganan harga Minyakita, sejak pemerintah memulai rapat koordinasi secara intensif setiap minggu mulai September 2022, belum memiliki formula yang solutif.

Dia membandingkan dengan penanganan harga komoditas pangan lainnya seperti cabai, bawang, dan beras. Harga-harga bahan pangan tersebut, jelasnya, sewaktu-waktu masih bisa mengalami penurunan signifikan hingga sesuai atau ke bawah HET. Dan, terjadi merata.

"Tahun lalu, begitu beras impor datang, turun dia, bleng. Signfikan. Tahun ini, mudah-mudahan begitu ada pencairan dana berkaitan SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), begitu SPHP diguyur Insyaallah itu (harga beras) turunnya signifikan. Berkaitan dengan minyak goreng ini kita belum ketemu nih metodenya seperti apa," ucap Tomsi.

Mario lalu menimpali, secara keseluruhan ketersediaan minyak goreng saat ini ada.

"Minyakita secara gradual turun, mudah-mudahan bisa menopang laju (harga minyak goreng) kemasan dan curah yang naik," sebutnya.

Tomsi lalu merespons dan menegaskan persoalan pasokan.

"Kalau Minyakita suplainya banyak, bisa tahan yang lain. Produk ini kan sudah berkualitas. Kalau Minyakita terbatas, yang premium akan naik karena orang akan cari premium. Jadi, tolong, berkaitan suplai Minyakita dihitung betul, carikan jalan keluarnya," tegas Tomsi.

"Ini sudah hampir 3 tahun kita mulai, saya pimpin rapat, kita berupaya tekan dengan Satgas Pangan, teman-teman di daerah. Kalau berkaitan dengan pasokan, saya yakin, begitu diguyur, akan turun," ucapnya.

Mengutip data Panel Harga Badan Pangan, harga Minyakita pada hari ini, Senin (23/6/2025) tercatat naik jadi Rp17.578 per liter. Naik dari sehari sebelumnya yang dilaporkan di Rp17.556 per liter.

Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat eceran. Harga ini sudah 11,96% di atas HET yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp15.700 per liter, secara nasional.

Perkembangan harga Minyakita, paparan Kemendag  dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025, Senin (23/6/2025). (Tangkapan layar Youtube Kemendagri)Foto: Perkembangan harga Minyakita, paparan Kemendag dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025, Senin (23/6/2025). (Tangkapan layar Youtube Kemendagri)
Perkembangan harga Minyakita, paparan Kemendag dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025, Senin (23/6/2025). (Tangkapan layar Youtube Kemendagri)


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus MinyaKita 'Disunat', Kemendag Sudah Temukan Pelanggarannya

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |