Target Hidup Israel: Mengapa Khamenei Selalu Lolos dari Maut?

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Israel vs Iran telah menewaskan puluhan pejabat tinggi militer hingga ilmuwan nuklir Negeri Persia.

Serangan Israel ke Iran sejak 13 Juni 2025 didasari oleh ketakutan Israel terhadap pengembangan senjata nuklir Iran serta menghabisi kekuasan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatulloh Khomenei.

Pemimpin Tertinggi Iran tersebut selalu menjadi target Israel dan negara lain dalam pusaran konflik Iran dan lawan negaranya.

Perang Israel vs Iran bukanlah kejadian pertama di mana Khamenei menghadapi situasi yang mengancam nyawanya. Dia pernah selamat dari serangan bom yang meledak di hadapannya. Apa saja serangan yang pernah dialami Khamenei? Berikut adalah penjelasan lengkapnya:

1. Bom Kaset Pita Ketika Shalat Jum'at

Pada 27 Juni 1981, Khamenei mengalami percobaan pembunuhan pertamanya ketika sedang melakukan memberikan ceramah seusai salat di Masjid Abuzar, Teheran.

Pada saat itu, Khamenei menjabat sebagai perwakilan Ayatollah Ruhollah Khomeini di Dewan Tertinggi Pertahanan Nasional-sedang memberikan ceramah seusai shalat Jumat. 

Setelah ibadah pertama, Ayatollah Khamenei mengadakan sesi tanya jawab dengan para hadirin. Seorang pemuda meletakkan kaset perekam di atas meja di depan Ali Khamenei dan menekan tombol putar. Ternyata, kaset perekam tersebut berisi bom yang disembunyikan.

khameneiFoto: khamenei/ CNBC indonesia
khamenei

Setelah satu menit, perekam suara membunyikan suara seperti peluit keras dan kemudian meledak. Setelah ledakan, terlihat tulisan di diding dalam perekam suara yang terbelah menjadi dua bagian berupa "hadiah dari Kelompok Forqan untuk Republik Islam". Kelompok Forqan sendiri merupakan kelompok oposisi anti-rohaniwan di Iran.

Akibat serangan ini, Khamenei mengalami luka serius pada lengan, pita suara, serta paru-parunya. Pemulihannya berlangsung selama berbulan-bulan.

Serangan ini merupakan bagian dari upaya oleh Mojahedin-e-Khalq (MEK) untuk menggulingkan pemerintahan Iran yang baru berdiri setelah Revolusi 1979. MEK merupakan organisasi pemberontak di Iran.

Terdapat dua potensi pelaku dari serangan ini. Ada yang mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh seorang pria bernama Amir Khan Zade. Namun, Pusat Dokumen Revolusi Islam mengidentifikasi orang yang menyerahkan perekam tersebut sebagai Masud Taqi Zade.

2. Serangan Bom Kedua

Pada 15 Maret 1985, serangan bom kembali menyerang Khomeini ketika sedang beribadah di masjid. Seseorang yang mengenakan bahan peledak di pinggangnya meledakkan diri di ketika sesi salat Jumat di Universitas Tehran.

Khamenei, yang saat itu menjabat sebagai Presiden, sedang menyampaikan khotbah. Ledakan tersebut menewaskan pengebom dan beberapa jemaat yang menghadiri ibadah tersebut. Khamenei sendiri selamat tanpa mengalami luka-luka.

Meskipun begitu, Khamenei tidak menunjukkan sikap gentarnya. Setelah berhenti sejenak selama tiga menit, Khamenei melanjutkan khotbahnya di tengah teriakan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) dari kerumunan. Ia lalu menyalahkan Irak atas upaya pembunuhan terhadap dirinya dan memperingatkan bahwa Iran akan "membalas setiap pukulan dengan pukulan yang lebih keras".

"Kami menyatakan di sini dan sekarang bahwa kami mampu membalas setiap tindakan. Jika Irak menggunakan senjata kimia, kami akan memberikan balasan yang lebih tegas dan pastikan kami akan melakukannya," kata Khamenei singkat, seperti dilaporkan The Los Angeles Times.

Serangan ini penting karena terjadi selama Perang Iran-Irak, saat Pemerintah yang berkuasa mengalami tekanan besar dari dalam dan luar negeri.

Kejadian-kejadian ini justru memperkuat posisi politiknya dalam rezim Iran yang baru terbentuk. Bertahannya Khamenei setelah serangan ini menjadi titik penting dalam karier politiknya, yang kemudian membawanya ke posisi Pemimpin Tertinggi Iran sejak 1989.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (via REUTERS/Office of the Iranian Supreme Le)Foto: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (via REUTERS/Office of the Iranian Supreme Le)
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (via REUTERS/Office of the Iranian Supreme Le)

Dengan kekuasaan yang berlangsung selama lebih dari 25 tahun, Khamenei tidak pernah menunjukkan kegentarannya meskipun sempat mengalami percobaan pembunuhan. Bukan sebuah hal yang berlebihan untuk berekspektasi bahwa nyali besarnya akan terus terlihat dalam konflik Iran-Israel yang sedang berlangsung.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |