Pendiri Telegram Punya 100 Anak, Siapkan Warisan Rp 229 Triliun

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri aplikasi pesan instan Telegram, Pavel Durov, mengungkap bahwa lebih dari 100 anak biologisnya akan mendapat hak waris yang setara atas kekayaan pribadinya yang ditaksir mencapai US$13,9 miliar atau sekitar Rp228 triliun.

Pernyataan ini ia sampaikan dalam wawancara dengan majalah politik Prancis Le Point.

"Mereka semua anak saya dan akan memiliki hak yang sama! Saya tidak ingin mereka saling ribut setelah saya meninggal," ujar Durov, dikutip dari BBC, Senin (23/6/2025).

Durov menjelaskan bahwa secara resmi ia adalah ayah dari enam anak dari tiga pasangan berbeda. Namun, ia juga menyumbangkan sperma di sebuah klinik 15 tahun lalu demi membantu seorang teman. Menurut klinik tersebut, lebih dari 100 bayi telah dikandung melalui metode tersebut di 12 negara.

Meski begitu, Durov menyatakan bahwa anak-anaknya tidak akan dapat mengakses warisan tersebut selama 30 tahun. Ia menekankan pentingnya kemandirian dalam hidup.

"Saya ingin mereka hidup seperti orang biasa, membangun diri mereka sendiri, belajar mempercayai diri, mampu mencipta, dan tidak bergantung pada rekening bank," kata dia.

Durov juga menjelaskan alasan dirinya menyusun surat wasiat lebih awal. Ia menyebut profesinya sebagai aktivis kebebasan digital mengandung banyak risiko, termasuk menimbulkan musuh di lingkup negara-negara kuat.

Telegram, yang dikenal sebagai platform terenkripsi dengan fokus pada privasi, kini memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan secara global.

Dalam wawancara yang sama, Durov turut membantah tuduhan pidana serius yang ia hadapi di Prancis, termasuk tudingan gagal memoderasi konten kriminal seperti perdagangan narkoba, pelecehan anak, dan penipuan.

Ia menyebut tuduhan tersebut sebagai hal yang benar-benar aneh.

"Hanya karena para kriminal menggunakan layanan kami, seperti juga banyak platform lain, bukan berarti orang yang menjalankannya adalah kriminal," katanya menegaskan.

Telegram sebelumnya telah membantah bahwa mereka memiliki sistem moderasi yang lemah. Dalam beberapa pernyataan, perusahaan menyebut telah menghapus ribuan grup dan saluran setiap hari yang melanggar ketentuan layanan, termasuk konten kekerasan, pelecehan anak, hingga perdagangan barang ilegal.

Durov juga sempat menanggapi tudingan terkait penyebaran konten berbahaya di platformnya.

"Sejak 2018, Telegram telah memerangi pelecehan anak dengan berbagai cara: pemblokiran berdasarkan sidik jari konten, tim moderasi khusus, hotline LSM, dan laporan transparansi harian atas konten yang diblokir, semuanya bisa diverifikasi," jelas Durov lewat unggahan di X (dulu Twitter).

Telegram juga menegaskan bahwa mereka tidak menggunakan algoritma yang mempromosikan konten sensasional, berbeda dengan platform lain.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Belajar dari China, CEO Telegram Ungkap Alasan AS Kalah Jauh

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |