Pasar Ular Sepi Parah, Pedagang Sampai Teriak Ditinggal Kabur Pembeli

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi pasar yang sepi juga terjadi di Pasar Ular, Jakarta Utara. Pasar ini dikenal menjual beberapa barang dengan merek ternama. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar yang berlokasi di Plumpang, Jakarta Utara ini pada Senin (23/6/2025), pembeli yang berkunjung sangat sepi. Bahkan, jumlahnya pun bisa kurang dari puluhan.

Padahal, pasar ini sempat berjaya sebelum pandemi Covid-19. Bahkan dari pengakuan beberapa pedagang, ramainya pasar ini dahulu membuat jalan di depannya padat. Namun kini kondisinya mengkhawatirkan dan banyak pedagang harus memutar otak demi untuk menyambungkan hidupnya.

Berdasarkan catatan pemilik pasar, ada sekitar 200-an toko yang berada di pasar ini. Dahulu, toko-toko tersebut masih banyak yang buka. Namun sejak pandemi melanda, ada 60 toko yang sudah tutup atau sebesar 30%.

Soleh, pedagang aksesoris berupa dompet dan ikat pinggang mengaku kondisinya saat ini sangat berat, karena penghasilan yang didapatnya sekarang tidak lagi cukup untuk kehidupannya.

"Kondisi sekarang makin sepi parah, dulu bisa habis terjual 2 sampai 3 buah, sekarang satu aja sulit sekali," kata Soleh saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Senin (23/6/2025).

Soleh menambahkan sepinya pasar tersebut memang sudah terjadi sejak Covid-19. Namun dalam setahun terakhir, kondisinya makin parah.

"Semenjak Covid memang sudah sepi, tapi sejak daya beli melemah, makin parah kondisinya," ungkap Soleh.

Pasar Ular di Tanjung Priok Jakarta Utara sunyi sepi. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)Foto: Pasar Ular di Tanjung Priok Jakarta Utara sunyi sepi. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Pasar Ular di Tanjung Priok Jakarta Utara sunyi sepi. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Menurutnya, kini Ia bergantung kepada pekerja pabrik yang banyak berada di sekitar pasar. Namun harapannya tidak sesuai kenyataan.

"Dulu banyak orang daerah kesini, sekarang ya harapannya dari orang-orang kantor atau pabrik datang kesini, tidak apa-apa lihat-lihat saja, tapi mereka nyatanya juga sudah berkurang, karena mungkin mereka lebih memilih uangnya ditabung," ujarnya.

Senada dengan Soleh, Sofyan, pedagang sepatu di pasar tersebut juga mengaku demikian. Dahulu banyak orang yang mencari sepatu, kini pelanggannya sudah sangat sedikit, itupun hanya langganannya saja.

"Sudah seperti ini sejak Covid, tapi ya setahun makin parah, dulu banyak yang kesini karena mungkin sepatunya bagus tapi harga bersahabat, tapi sekarang, pelanggan bisa dihitung jari," ujar Sofyan.

Menurutnya, gempuran toko online mempengaruhi penjualan sepatunya.

"Orang-orang sekarang lebih senang berbelanja online, jadi kita mau imbangin ya susah, karena harga di online jauh lebih murah," ungkapnya.

Sofyan memang tidak membuka penjualan online, karena menurutnya, penjualan melalui online dinilai ribet dan penghasilannya terkadang tidak sesuai ekspektasi.

"Saya tidak buka online karena agak ribet ya, harus ini itu dulu, daftarnya juga agak ribet, terus harus turunin harga dari normalnya, ditambah kalau ada yang beli, ribet membungkus barangnya, apalagi kalau yang ingin retur," ujar Sofyan.

Pasar Ular merupakan salah satu pasar yang cukup legendaris di Jakarta. Bahkan, pasar ini sempat ramai sebelum eksistensi toko online. Barang-barang yang dijual juga terbilang mewah dan pembeli yang datang dahulu juga sebagian besar merupakan orang kaya.

Namun kini, di tengah gempuran toko online ditambah daya beli masyarakat yang sedang lesu, kondisi pasar tersebut makin mengkhawatirkan.


(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Pedagang Pastikan Stok & Harga Pangan Masih Aman

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |