Pengumuman! Harga Minyak Bisa Tembus US$100 karena AS-Israel-Iran

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar minyak dunia memasuki fase ketidakpastian baru setelah Amerika Serikat (AS) bergabung dalam perang antara Iran dan Israel. Para ahli kini memperingatkan harga akan mencapai tiga digit.

Harga minyak berjangka naik lebih dari 2% pada awal sesi Asia. Minyak mentah WTI AS naik lebih dari 2% menjadi US$75,22 (Rp1.241.311) per barel, sementara patokan global Brent naik hampir 2% menjadi US$78,53 (Rp1.295.587) per barel.

"Ada risiko nyata bahwa pasar akan mengalami gangguan pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama beberapa minggu mendatang, yang sifatnya jauh lebih parah daripada guncangan harga minyak pada tahun 2022 setelah perang Ukraina," kata analis energi senior MST Marquee, Saul Kavonic, seperti dikutip CNBC International, Senin (23/6/2025).

Sementara reaksi pasar pasca serangan AS tidak terlalu agresif, dibandingkan dengan seminggu yang lalu ketika Israel melancarkan serangan udara terhadap Iran. Pengamat industri percaya bahwa perkembangan terbaru mengantar era volatilitas baru bagi pasar minyak, terutama saat mereka menunggu tindakan balasan Iran yang potensial.

Ancaman pemblokiran Selat Hormuz, setelah parlemen Iran menyetujui penutupannya menurut media pemerintah, telah menambah kegelisahan pasar. Selat tersebut, yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab, merupakan jalur penting bagi perdagangan minyak global dengan sekitar 20 juta barel minyak dan produk minyak melewatinya setiap hari, hampir seperlima dari pengiriman minyak global.

Jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, pasukan Barat kemungkinan akan "langsung ikut campur" dan mencoba membukanya kembali. Kavonic menambahkan bahwa harga minyak dapat mendekati US$100 (Rp1,6 juta) per barel dan menguji ulang harga tertinggi yang terlihat pada tahun 2022, jika penutupan berlangsung lebih dari beberapa minggu.

"Bahkan gangguan kecil pada jalur pelayaran melalui Selat, kecuali penutupan penuh, masih dapat menyebabkan kenaikan harga minyak yang serius," kata analis energi senior tersebut.

"Militer AS dan sekutunya pada akhirnya akan membuka kembali Selat tersebut, tetapi jika Iran menggunakan semua sarana militernya, konflik tersebut dapat berlangsung lebih lama daripada dua Perang Teluk terakhir," kata Presiden Rapidan Energy Group, Bob McNally.

Jika Iran memutuskan untuk menyerang produksi atau aliran energi Teluk, Iran memiliki kemampuan untuk mengganggu pengiriman minyak dan LNG. Ini akan mengakibatkan lonjakan harga yang tajam.

"Penutupan atau penghancuran infrastruktur energi utama Teluk yang berkepanjangan dapat mendorong harga minyak mentah hingga di atas US$100," katanya.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Fakta-Fakta Terbaru Perang Israel Vs Iran

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |