Jakarta, CNBC Indonesia - Parlemen Iran mendorong pemerintah untuk menutup Selat Hormuz setelah Amerika Serikat (AS) menyerang fasilitas nuklir Iran. Dunia pun kini dibuat was-was jika nantinya Iran memutuskan menutup selat tersebut.
Parlemen Iran dilaporkantelah mendukung langkah tersebut. Keputusan pasti akan menunggu dewan keamanan nasional Iran.
Jika benar terjadi, langkah ini merupakan pertama kali dilakukan Iran sepanjang konflik Iran-Israel berlangsung sejak 1979. Selat Hormuz merupakan salah satu titik kritis dunia, yang dilalui oleh seperlima pasokan minyak dan gas dunia.
Republik Islam tampaknya semakin mendekati tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni menutup Selat Hormuz.
Beberapa pakar skeptis bahwa Iran benar-benar akan menindaklanjuti ancaman itu, karena selama bertahun-tahun negara tersebut telah berulang kali mengancam akan menutup selat tetapi secara historis memilih langkah-langkah yang tidak terlalu mengganggu.
Selat Hormuz adalah salah satu jalur perdagangan air paling penting dan strategis di dunia. Menghubungkan Teluk Persia ke Teluk Oman, jalur sempit ini telah menjadi titik krusial bagi perdagangan global, terutama dalam hal minyak.
Dengan negara-negara seperti Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, dan Iran mengelilinginya, Selat Hormuz memainkan peran besar dalam perdagangan internasional, keamanan, dan geopolitik.
Pentingnya Strategis Selat Hormuz
Selat Hormuz hanya memiliki lebar sekitar 33 kilometer. Meski ukurannya kecil, selat ini menjadi penghubung vital antara Teluk Persia yang kaya minyak dengan seluruh dunia. Hal ini menjadikannya salah satu jalur laut tersibuk dan paling strategis di Bumi.
Sekitar 22% atau hampir seperempat pasokan minyak dunia melewati Selat Hormuz. Sekitar 20% perdagangan global gas alam cair (LNG) juga melewati Selat Hormuz pada 2022.
Foto: Peta Selat Hormuz. (Dok. Googlemaps)
Peta Selat Hormuz. (Dok. Googlemaps)
Setiap hari, puluhan kapal tanker minyak melintasi perairan ini, mengangkut minyak dari negara-negara Teluk menuju pasar di Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Aliran minyak yang terus-menerus ini menjadikan Selat Hormuz sebagai urat nadi penting pasar energi global.
Selain minyak, Selat ini juga digunakan untuk mengangkut gas alam cair (LNG), petrokimia, dan barang-barang penting lainnya.
Keamanan dan stabilitas jalur ini sangat penting untuk memastikan perdagangan global tetap berjalan lancar. Jika Selat ini diblokir atau terganggu, konsekuensinya bisa sangat serius terhadap harga energi global, rantai pasok, dan ekonomi di seluruh dunia.
Ketegangan Geopolitik di Sekitar Selat
Selat Hormuz berbatasan dengan beberapa negara, masing-masing memiliki kepentingan dan pengaruhnya sendiri di kawasan.
Di sisi barat ada Uni Emirat Arab (UEA) dan Oman, sementara Iran menguasai pantai utara, dan Arab Saudi serta Bahrain berada di sisi seberangnya. Kedekatannya dengan negara-negara kuat dan sumber daya vital menjadikan Selat Hormuz sebagai pusat ketegangan geopolitik.
Pentingnya Selat ini secara strategis telah menimbulkan berbagai tantangan politik dan militer selama bertahun-tahun.
Iran, yang menguasai sebagian besar garis pantai utara, sering mengancam untuk memblokir Selat ini pada saat terjadi konflik.
Foto: Turis menyaksikan laut berubah menjadi merah di Pulau Hormuz, Iran. (Tangkapan Layar Instagram/hormoz_omid)
Turis menyaksikan laut berubah menjadi merah di Pulau Hormuz, Iran. (Tangkapan Layar Instagram/hormoz_omid)
Contohnya pada 2019, ketika ketegangan antara Iran dan AS memuncak, Iran menyita kapal tanker yang melintas di Selat ini. Tindakan ini, bersama dengan konfrontasi militer lainnya di kawasan, memicu kekhawatiran global mengenai keamanan jalur ini dan dampaknya pada pasar minyak dunia.
Tantangan Keamanan dan Kehadiran Militer
Selat Hormuz menjadi fokus isu keamanan kawasan. Karena perannya yang penting dalam transportasi minyak global, setiap ancaman terhadap Selat ini bisa dengan cepat berubah menjadi krisis internasional.
AS dan Iran sama-sama menempatkan kekuatan militernya di kawasan ini, dan ketegangan sering meningkat saat operasi militer berlangsung di sekitar Selat.
Dalam beberapa tahun terakhir, kehadiran militer di kawasan ini meningkat.
Angkatan Laut AS, bersama anggota NATO lainnya, sering berpatroli di Selat untuk memastikan jalur pelayaran tetap terbuka. Selain itu, UEA dan Arab Saudi juga menjaga kehadiran militer guna melindungi fasilitas minyak dan infrastruktur mereka.
Namun, konsentrasi pasukan yang tinggi ini juga menimbulkan kekhawatiran. Semakin banyak kekuatan militer di kawasan, semakin besar risiko terjadinya konflik.
Iran, misalnya, telah berulang kali mengancam akan menutup Selat jika terjadi aksi militer terhadapnya. Jika ini terjadi, dunia bisa menghadapi krisis minyak global, karena negara-negara yang bergantung pada minyak dari Teluk harus mencari jalur alternatif.
Fakta Selat Hormuz:
1. Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran, menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab.
2. Selat ini merupakan chokepoint (titik penyumbatan) minyak paling penting di dunia karena menjadi jalur utama aliran minyak global.
3. Pada 2022, rata-rata 21 juta barel per hari (bpd) minyak mengalir melalui Selat Hormuz. Volume tersebut setara dengan sekitar 22% konsumsi cairan minyak bumi global.
4. Antara 2020-2022, volume minyak mentah, kondensat, dan produk minyak bumi
5. Sekitar 82% minyak mentah dan kondensat yang melalui Selat Hormuz pada 2022 dikirim ke pasar Asia.
6. China, India, Jepang, dan Korea Selatan menjadi empat negara tujuan utama, menyerap 67% dari seluruh minyak dan kondensat yang melewati Selat Hormuz pada 2022 dan paruh pertama 2023.
Apakah ada riwayat kapal yang diserang?
Selama Perang Iran-Irak pada tahun 1980an, kedua negara secara rutin saling mengancam pengiriman minyak satu sama lain.
Pada tahun 1988, kapal perang AS Vincennes menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Iran, menewaskan 290 orang dalam apa yang menurut Washington sebagai kecelakaan.
Pada tahun 2010, sebuah kapal tanker minyak Jepang diserang oleh kelompok yang terkait dengan al-Qaeda .
Apakah Iran Pernah Menutup Selat Hormuz
Iran belum pernah benar-benar menutup Selat Hormuz dalam sejarah modern, meskipun berkali-kali mengancam akan melakukannya.
Selat Hormuz bagi Iran juga menjadi jalur vital bagi ekonomi Iran sendiri karena sebagian besar ekspor minyak Iran melewati selat itu.
Penutupan selat bisa memicu perang terbuka dengan AS dan sekutunya, yang memiliki kekuatan militer besar di kawasan Teluk. Hingga kini, Iran lebih sering memilih aksi alternatif yakni serangan terbatas, sabotase kapal tanker, atau gangguan navigasi.
Beberapa ancaman Iran terkait penutupan Selat Hormuz:
1. Selama Perang Iran-Irak (1980-1988)
Iran dan Irak saling menyerang kapal tanker di Teluk dalam apa yang dikenal sebagai Tanker War. Namun, Selat Hormuz tetap terbuka, meskipun sangat berbahaya untuk dilalui karena ranjau laut dan serangan rudal.
2. Periode setelah Perang Iran-Irak (1990-an hingga sekarang)
Setiap kali ada tekanan, sanksi, atau konflik dengan AS atau sekutunya, pejabat Iran sering melontarkan ancaman akan menutup Selat Hormuz.
Contohnya pada 2011-2012, ketika AS dan Eropa menjatuhkan sanksi berat atas program nuklir Iran.
Pada 2018-2019, di era Presiden Trump, Iran kembali mengancam akan menutup selat saat AS menarik diri dari kesepakatan nuklir dan memperketat sanksi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Pertamina Siapkan Rute Alternatif
Terkait memanasnya situasi Timur Tengah, PT Pertamina (Persero) menyiapkan rute alternatif operasional kapal pengangkut minyak, sebagai suplai untuk dalam negeri. Hal ini menanggapi isu memanasnya konflik antara di Timur Tengah (Timteng) khususnya Iran dengan Israel.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan jalur alternatif kapal yang dioperasikan PT Pertamina International Shipping agar pasokan minyak mentah khususnya dari wilayah Timur Tengah bisa tetap terkirim ke Indonesia.
"Kami sudah menyiapkan skenario alternatif, rute alternatif melalui beberapa titik yang kita harapkan tidak mengganggu pasokan minyak dari Timur Tengah dan sekitarnya ke Indonesia," terangnya di sela acara Kick Off Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2025, di Jakarta, dikutip Senin (23/6/2025).
Selain itu, dia juga membeberkan bahwa Pertamina memiliki beberapa sumber pasokan minyak mentah yang membuat Indonesia memiliki opsi pengiriman sumber minyak untuk ketahanan energi nasional.
"Kami memiliki sistem yang lebih fleksibel jadi ketika memang terjadi hambatan di satu titik, kami mempunyai alternatif sumber yang bisa dijadikan pasokan energi. Jadi kami memastikan bahwa pasokan energi ke Indonesia tetap aman," tambahnya.
Secara berkala, Pertamina terus melakukan monitoring terhadap kapal-kapal pengangkut minyak yang dioperasikan oleh perusahaan saat melewati kedua wilayah tersebut.
"Khususnya yang masuk minyak mentah ke Indonesia kami sudah memantau melalui Pertamina Internasional Shipping seluruh kapal-kapal khususnya yang berlayar di rute internasional saat ini masih dalam kondisi aman," tandasnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)