Jakarta, CNBC Indonesia - World Bank atau Bank Dunia mengungkapkan penyebab pelemahan rupiah selama ini. Hal ini dipaparkan oleh Lead Economist World Bank Indonesia and Timor Leste Habib Rab, dalam acara Bank Dunia, People-First Housing: A Roadmap From Homes to Jobs to Prosperity in Indonesia, di Soehanna Hall, Energy Building, Jakarta, Senin (23/6/2025).
Rab menjelaskan rupiah mengalami depresiasi tajam selama beberapa bulan terakhir. Saat ini pun, rupiah telah terdepresiasi secara konsisten sejak pertengahan tahun 2024. Ini dipicu oleh arus keluar modal yang meningkat karena bank sentral memutuskan untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
"Dan rupiah mencapai titik terendah pada bulan April ketika aksi jual ekuitas nonresiden meningkat, sebuah tren yang kita lihat di banyak negara berkembang, ketika ketidakpastian meningkat," papar Rab.
Dari data Refinitiv, rupiah menyentuh level Rp 15.865 per dolar AS pada tanggal 24 April 2025. Ini adalah level terdalam bagi rupiah.
Padahal, kata Rab, arus keluar di Indonesia relatif lebih rendah. Namun, tekanan kepada rupiah tetap kuat. Kondisi ini, menurutnya, dipicu oleh dangkalnya pasar keuangan Indonesia.
"Banyak investor nonresiden menjual aset dari negara berkembang. Namun bahkan dengan arus keluar yang relatif rendah dari Indonesia, tekanan mata uang tetap kuat. Dan itu karena, saya ulangi, pasar keuangan Indonesia cukup dangkal, dengan lebih sedikit aset untuk dibeli dan lebih sedikit keragaman investor," papar Rab.
Rab pun mengilustrasikan kondisi ini bak dua buah ember. Jika Anda membayangkan dua ember air, satu yang cukup penuh dan satu yang hanya seperempat penuh, jika Anda mengocok kedua ember secara merata, maka ember yang kurang penuh akan melihat lebih banyak riak.
"Dan itulah yang diciptakan oleh pasar keuangan yang dangkal, bahwa ketika Anda memiliki jumlah turbulensi yang sama, volatilitas di pasar yang dangkal cenderung lebih besar," katanya.
(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Betah di Atas Rp16.000, SBY: Ancaman Rupiah Belum Selesai!