Jakarta, CNBC Indonesia - Buah kebijakan hilirisasi tambang sangat terasa dampaknya kepada penerimaan negara. Awalnya, kebijakan ini menerima tantangan hingga menimbulkan polemik dengan negara luar karena harus menyetop ekspor mineral mentah.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkapkan data-data yang menunjukkan bahwa program hilirisasi mempertebal dompet negara. Indikatornya adalah tren surplus neraca dagang yang sudah berlangsung selama lima tahun beruntun.
"Hilirisasi ini sekedar memberikan ilustrasi saja sampai tahun 2022-2021 Indonesia dengan China itu selalu defisit. Tetapi sejak 2022 ke sana sampai sekarang kita sudah maintain relatively surplus. Itu satu Lalu secara global pun Indonesia sekarang kita sudah 5 tahun berturut-turut ekspor kita lebih besar daripada impor," ucap Febrio di acara CNBC Indonesia Economic Update 2025, di Hotel Borobudur pada Rabu (18/6/2025).
Febrio mengatakan hilirisasi meningkatkan nilai tambah pada ekspor pertambangan mineral Indonesia.
"Contoh mulai dari nikel, feronikel lalu nikel matte itu kita langsung sudah nilai tambahnya tinggi sekali dan ini strategi kita lanjutkan terus dengan copper (tembaga). katanya.
Kebijakan hilirisasi sendiri dimulai dari penghentian ekspor mineral mentah. Kemudian diteruskan dengan pembangunan smelter untuk pengolahan mineral mentah tersebut. Sehingga Indonesia memperoleh nilai yang lebih tinggi saat ekspor mineral tersebut dibandingkan saat masih mentah.
Febrio mencontohkan tembaga, "Copper sekarang pun kita bilang nggak boleh lagi ekspor ore tetapi kita minta dibangunkan smelter di sini. Dan secara tidak langsung mereka juga harus membangun smelter. Selain copper cathode, mereka harus bangun smelter untuk emas dan perak sehingga nilai tambahnya memang banyak tercipta di Indonesia."
"Dengan kita memproduksi copper cathode misalnya dibandingkan dengan kita misalnya produksi kabel tembaga saja itu nilai tambahnya sudah 15 kali lipat Jadi pertumbuhan ekonomi tercipta di Indonesia nilai tambah ekspor kita juga menjadi lebih tinggi," sambungnya.
Selain memiliki dampak positif instan terhadap perdagangan, hilirisasi juga menjadi bekal untuk masuk ke dalam global value chain.
Apalagi tembaga menjadi bahan baku dari setiap infrastruktur teknologi dan energi baru terbarukan di saat ini dan masa depan. Sehingga industri pengolahan mineral memiliki prospek tinggi.
Berdasarkan data US Geological Survey Data, pada 2024 Indonesia menempati urutan kelima dunia sebagai produsen tembaga dengan estimasi produksi 1,1 juta metrik ton per tahun.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri mulyani Akui 2024 Bukan Tahun Mudah, Ini Alasannya!