Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada perdagangan, Jumat (20/6/2025).
Pada akhir perdagangan sesi pertama IHSG memangkas pelemahan dan tercatat mengalami koreksi 0,72% atau turun 50 poin ke 6.918,24. Pada perdagangan intraday pagi ini indeks sempat melemah hingga 1,36% ke level 6.873,72.
Sebanyak 177 saham naik, 395 turun, dan 124 tidak bergerak. Kapitalisasi pasar pun merosot jadi Rp 12.139,25 triliun.
Nilai transaksi pada sesi awal hari ini mencapai Rp 7,07 triliun yang melibatkan 13,83 miliar saham dalam 680.010 kali transaksi.
Mayoritas sektor perdagangan terkoreksi, kecuali sektor teknologi dan energi yang terapresiasi tipis. Sementara itu sektor properti, utilitas dan barang baku menjadi yang tertekan paling dalam hari ini.
Secara spesifik saham big caps dan perbankan masih menjadi pemberat utama kinerja IHSG, sedangkan sejumlah saham konglomerat tercatat mengalami penguatan.
Saham AMMN, BMRI, GOTO dan BBCA tercatat menjadi pemberat utama kinerja IHSG.
Sementara saham DSSA milik Grup Sinarmas, BRPT milik taipan Prajogo Pangestu dan MLPT milik Grup Lippo menjadi emiten utama dengan kontribusi terbesar menahan koreksi lebih dalam IHSG.
Sebagai informasi, pada perdagangan kemarin, Kamis (19/6/2025), IHSG ditutup anjlok 1,96% atau turun 139 poin pada akhir perdagangan sesi kedua menjadi 6.968,64.
Hal itu seiring dengan investor asing yang tercatat kembali melakukan penjualan bersih sebesar jumbo Rp1,25 triliun di seluruh pasar dan sebesar Rp1,30 triliun di pasar reguler.
Mengingat hari ini adalah hari terakhir perdagangan pasar keuangan Tanah Air, diperkirakan IHSG & rupiah masih berpeluang untuk aksi taking profit ditengah ketidakpastian global yang masih tinggi akibat dinamika negosiasi tarif resiprokal AS serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global ke depannya.
Perdagangan hari ini menjadi hari terakhir pasar keuangan Tanah Air yang diperkirakan akan rentan terhadap aksi koreksi. Perang Timur Tengah yang semakin meluas bahkan Trump kini mempertimbangkan untuk menyerang Iran, hal ini dapat mendukung peningkatan permintaan safe have sehingga aset beresiko seperti saham pun akan mulai ditinggalkan sehingga memicu kembalinya koreksi pasar saham.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengirimkan sinyal-sinyal terkait kemungkinan partisipasi Washington untuk ikut menyerang Iran. Hal ini terjadi di saat sekutu AS paling strategis di Timur Tengah, Israel, melancarkan serangan ke Negeri Para Mullah.
Berbicara kepada wartawan di luar Gedung Putih, Kamis (18/6/2025), Trump masih menolak mengatakan apakah ia telah membuat keputusan apa pun tentang apakah akan bergabung dengan kampanye Israel. Ia bahkan meninggalkan para wartawan dengan membuat pernyataan yang menimbulkan sejumlah kebingungan.
"Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan," katanya dikutip Reuters.
Sebagaimana diketahui, eskalasi antara Iran dan Israel terus membara. Konflik ini dimulai saat Israel menyerang Iran Jumat lalu, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan motifnya adalah untuk melumpuhkan program nuklir Iran, yang diyakini dikembangkan untuk membuat senjata pemusnah massal.
Namun klaim ini ditolak Iran, yang menyebutkan program tersebut dikembangkan untuk tujuan sipil. Tehran juga telah melontarkan sejumlah serangan balasan yang mengenai beberapa titik di Tel Aviv dan Haifa.
Sejauh ini, sejumlah pihak berupaya untuk menekan satu sama lain untuk berhenti melancarkan serangan. Trump, yang merupakan sekutu Israel menyebutkan bahwa konflik ini akan berakhir bila pembicaraan nuklir antara Tehran dan Washington dapat mencapai konsensus.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Anjlok, Asing Kompak Lego Rp 2 Triliun Lebih Saham Big Banks