Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), anggota Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID, menyiapkan investasi hingga US$ 4,4 miliar atau sekitar Rp 72,24 triliun (asumsi kurs Rp 16.419 per US$) untuk lima tahun ke depan.
Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengatakan, investasi tersebut akan dialokasikan untuk sejumlah proyek ekspansi yang akan dibangun perusahaan.
Proyek-proyek ekspansi tersebut antara lain Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 2 di Mempawah, Kalimantan Barat, yang merupakan ekspansi dari Proyek SGAR Fase 1. Selain itu, perusahaan juga akan menambah pabrik aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Adapun untuk proyek SGAR Mempawah Fase 2 akan dibangun dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun. Bila digabung dengan Fase 1 yang telah beroperasi, maka total kapasitas proyek SGAR Mempawah akan mencapai 2 juta ton alumina per tahun. Diharapkan SGAR Mempawah Fase 2 ini bisa beroperasi pada 2028.
"Investasi itu untuk proyek smelter alumina SGAR Mempawah Fase 2 dan pabrik aluminium kedua, injeksi kita ke sana," ungkap Melati di sela acara Economic Update CNBC Indonesia di Jakarta, dikutip Jumat (20/6/2025).
Dia menjelaskan, untuk pabrik aluminium kedua di Kuala Tanjung direncanakan berkapasitas 600.000 ton. Bila pabrik ini tuntas dibangun dan beroperasi, maka ini akan meningkatkan kapasitas pabrik aluminium Inalum menjadi 900.000 ton per tahun. Saat ini pabrik aluminium Inalum memiliki kapasitas produksinya 300.000 ton per tahun.
Selain itu, pihaknya kini juga tengah mengkaji penambahan 100.000-150.000 ton aluminium di Kuala Tanjung juga. Namun, ini masih tergantung pada ketersediaan pasokan listrik.
"Sebenarnya, kita lagi ngejar 1.050.000. Karena, yang di Kuala Tanjung, itu, kita tinggal nunggu apakah PLN ada sisa listrik atau enggak. Kalau ada sisa listrik, kita bisa tambahin lagi. Karena, kita pengennya yang green-nya juga naik, dong," ungkapnya.
"Jadi, kita, tuh, dalam studi, nambah 100 ribu (ton) lagi. Masih studi. Jadi, kalau pengennya manajemen, MIND ID, 900 ribu (ton), kok, tanggung. Jadi, 1 juta, dong, biar angkanya cakep, 1 juta (ton)," tambahnya.
Bahkan, lanjutnya, pemegang saham yakni MIND ID, dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), produksi aluminium Inalum ditargetkan bisa mencapai 1,5 juta ton per tahun.
"Kalau dalam RJPP kita, ya RJPP kita di MIND ID tuh, target total finalnya itu adalah 1,5 juta produk aluminium, organik dan anorganik. Jadi masih panjang perjalanannya," imbuhnya.
Jika proyek ini berjalan, pihaknya optimis kinerja perusahaan bisa tumbuh hingga 48% dalam 5 tahun ke depan.
"Growth 5 tahun kita bisa 43%-48%," kata Melati dalam paparannya.
Seperti diketahui, sepanjang 2024, produksi aluminium Inalum tercatat mencapai 274.230 ton, naik 27,61% dibanding tahun sebelumnya. Volume penjualan juga tumbuh 25,55% menjadi 276.381 ton. Hal ini menurutnya mencerminkan kinerja operasional yang semakin efisien dan daya saing yang meningkat di tengah fluktuasi harga komoditas global.
Dari sisi keuangan, Inalum membukukan pendapatan sebesar US$ 716,9 juta dengan EBITDA mencapai US$ 179,2 juta dan laba bersih US$ 123,7 juta. Total aset perusahaan tercatat sebesar US$ 2,47 miliar, menunjukkan kekuatan finansial yang solid sebagai modal ekspansi ke depan.
Selain itu, perusahaan juga meraih skor ACGS sebesar 81,01%, atau melampaui standar minimum penilaian. Kontribusi kepada negara juga terus ditingkatkan. Inalum menyetor pajak dan kewajiban nonpajak sebesar US$ 70,9 juta, serta merealisasikan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) senilai Rp 28,09 miliar. Nilai Social Return on Investment (SROI) dari program tersebut mencapai 1:8, mencakup bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capai Laba US$ 123,7 Juta di 2024, Inalum Perkuat Hilirisasi Aluminium