RI Target Utama Investor, Bersaing Dengan Vietnam, India dan Meksiko

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai destinasi teratas penerima aliran penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) bersama negara besar lainnya seperti Amerika Serikat, Singapura, hingga Hong Kong.

Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan atau UNCTAD mencatat, pada 2024 Indonesia berdiri di posisi ke 16 dalam daftar 20 negara penampung FDI terbesar. Nilai aliran FDI yang masuk sebesar US$ 24,21 miliar, naik dari tahun sebelumnya US$ 21,49 miliar.

Sedangkan posisi teratas, masih diduduki oleh Amerika Serikat (AS) dengan nilai US$ 279 miliar, naik dari nilai pada 2023 sebesar US$ 233 miliar. Posisi kedua ialah Singapura dengan aliran FDI yang masuk sebesar US$ 143 miliar dari sebelumnya US$ 135 miliar.

Urutan ketiga ialah Hong Kong senilai US$ 126 miliar dari sebelumnya US$ 123 miliar. China duduk di urutan ke empat dengan nilai US$ 116 miliar, meski turun dari catatan pada 2023 sebesar US$ 163 miliar. Kelima, ialah Luxembourg senilai US$ 106 miliar dari tahun lalu minus US$ 9 miliar.

"Amerika Serikat tetap menjadi penerima FDI dalam jumlah terbesar dan memimpin dalam proyek greenfield dan transaksi IPF. Brasil, Mesir, Uni Emirat Arab, Meksiko, India, Indonesia, dan Vietnam, dalam urutan tersebut, juga masuk dalam penerima FDI teratas," dikutip dari World Investment Report 2025 UNCTAD, Jumat (20/6/2025).

Aliran FDI atau PMA yang masuk ke Indonesia pada 2024 bahkan lebih tinggi dibanding yang ke Vietnam yang hanya US$ 20 miliar dari tahun sebelumnya US$ 19 miliar. Dibanding Swedia dan Israel juga masih lebih tinggi, karena FDI ke dua negara itu masing-masing hanya US$ 18 miliar dan US$ 17 miliar.

Mayoritas FDI yang masuk ke dalam daftar 20 negara terbesar tujuan PMA pada 2024 itu didominasi oleh proyek greenfield atau proyek pembangunan fasilitas baru dari awal di negara tujuan, serta International Project Finance yang biasanya berupa proyek infrastruktur.

"Peningkatan jumlah proyek didorong oleh investasi di industri manufaktur, terutama di sektor strategis seperti semikonduktor dan komponen kendaraan listrik (EV), yang sering didukung oleh kebijakan industri. Sektor ekonomi digital, termasuk platform dan layanan, juga mengalami pertumbuhan yang kuat," tulis UNCTAD dalam laporannya.

Meski begitu, UNCTAD mencatat, aliran FDI pada 2024 telah merosot secara faktual, meskipun meningkat karena volatilitas aliran konduit di Eropa dari US$ 1,45 triliun menjadi US$ 1,51 triliun atau naik 4%. Bila faktor itu dikecualikan, aliran FDI global sebenarnya menurun sebesar 11%, dari US$ 1,67 triliun menjadi US$ 1,49 triliun.

"Prospek FDI global pada 2025 pum akan negatif. Meskipun pada awal tahun ekspektasinya adalah pertumbuhan yang moderat, hal ini telah dikalahkan oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan kebijakan," dikutip dari World Investment Report 2025 UNCTAD.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Hati-hati! Investasi Asing Lesu, Target Indonesia Maju Terancam

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |