Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia menguat sementara dolar melemah di pasar Asia pada Selasa (24/6/2025), menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump bahwa Iran dan Israel telah sepakat melakukan gencatan senjata. Pernyataan tersebut juga menekan harga minyak dunia, yang anjlok tajam seiring meredanya kekhawatiran gangguan pasokan.
Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menyatakan bahwa gencatan senjata akan berlaku dalam 12 jam dan setelahnya perang dinyatakan "berakhir". Pernyataan ini menambah sentimen positif meskipun belum ada konfirmasi resmi dari kedua negara.
Harga minyak turun lagi sebesar 4%, setelah sehari sebelumnya sudah merosot 9% ketika Iran hanya melakukan serangan simbolis ke pangkalan AS dan menyatakan tidak akan melanjutkan eskalasi. Meski demikian, Israel dan Iran masih melanjutkan serangan rudal, membuat investor tetap berhati-hati terhadap aset berisiko.
"Ini mengurangi sebagian ketidakpastian geopolitik yang membayangi pasar, meskipun selama ini investor saham relatif mengabaikannya. Ini terdengar seperti tonggak penting, dan saya harap itu benar," ujar Jack Ablin, Chief Investment Officer Cresset Wealth Advisors, di Palm Beach, Florida, mengutip Reuters.
Ancaman langsung terhadap jalur pelayaran vital Selat Hormuz pun tampak mereda, membuat harga minyak mentah AS kembali merosot 4% ke level US$65,75 per barel. Sentimen tersebut ikut meredam permintaan aset lindung nilai dan mendorong pelaku pasar berbalik arah dari aset safe haven.
Kontrak berjangka indeks S&P 500 naik 0,3% pada perdagangan awal, sementara kontrak Nasdaq menguat 0,5%.
Di Jepang, kontrak berjangka Nikkei diperdagangkan di level 38.905, jauh di atas penutupan kas di 38.354.
Sementara itu, kontrak berjangka obligasi AS tenor 10 tahun turun 6 tick karena berkurangnya kebutuhan terhadap aset aman. Kontrak futures suku bunga juga melemah karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed sedikit menyusut.
Pasar sempat reli pada hari Senin setelah Wakil Ketua The Fed bidang Pengawasan, Michelle Bowman, mengatakan waktu untuk memotong suku bunga semakin dekat karena risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat. Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan memberikan kesaksian di Kongres pada Selasa malam waktu AS, dan sejauh ini masih bersikap hati-hati terkait pelonggaran dalam waktu dekat.
Pelaku pasar saat ini hanya memperkirakan peluang sekitar 22% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 30 Juli mendatang. Kabar gencatan senjata juga menekan dolar AS, yang melemah 0,1% terhadap yen ke posisi 145,92, sementara euro menguat tipis 0,1% ke US$1,1589.
Yen dan euro mendapat keuntungan dari turunnya harga minyak, mengingat baik Jepang maupun Uni Eropa sangat bergantung pada impor minyak dan gas alam cair. Sebaliknya, Amerika Serikat merupakan eksportir bersih energi.
Iklim pasar yang kembali condong pada risiko turut menekan harga emas, yang turun 0,4% ke level US$3.353 per ons.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Donald Trump Buka Suara, Harga Minyak Kompak Ambruk 1%