Membaca Arah Bisnis TLKM dari Jejak Dian Siswarini di EXCL

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) merekrut Dian Siswarini, sosok veteran industri telekomunikasi, yang selama lebih dari satu dekade memimpin PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL).

Langkah ini dinilai sebagai upaya TLKM memperkuat barisan eksekutifnya dengan pengalaman dan rekam jejak kuat di bidang transformasi digital dan kompetisi pasar seluler.

Dian resmi mengakhiri masa jabatannya sebagai Direktur Utama EXCL pada Juni 2025 dan kini dipercaya untuk mengisi peran strategis di Telkom Group.

Dian Siswarini resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama TLKM. Penunjukkan ini dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa (27/5/2026).

Langkah TLKM merekrut Dian bukan hanya soal pergantian pemimpin, tetapi juga penguatan arah strategi Telkom untuk menjadi digital telco kelas dunia. Dengan pengalaman lintas fungsi, dari teknologi jaringan, layanan digital, hingga pemasaran grup regional. Dian dipandang sebagai aset strategis untuk mendorong sinergi dan inovasi dalam ekosistem Telkom.

Karier Panjang dan Terstruktur di EXCL

Dian bergabung dengan PT Excelcomin do Pratama yang sekarang XL Smart sejak 1996. Dian turun langsung ke lapangan untuk memahami sistem jaringan dan menapaki karier melalui pemahaman teknis mendalam.

Secara bertahap karir-nya melejit ke posisi teknis dan strategis :

  • Sr. VP Network Planning & Development (2005-2007)

  • Director / Chief Network Service Officer (2007-2011)

  • Director / Chief Digital Service Officer (2011-2014)

  • Setelah itu, sempat menjadi Group Chief of Marketing & Operation Officer di Axiata Group (2014), sebelum kembali ke XL.

  • Deputy CEO XL Axiata (Jan-Mar 2015)

  • President Director & CEO XL Axiata (Apr 2015-2025)

Selama menjabat Direktur Utama selama 10 tahun lebih, Dian dikenal sebagai sosok kunci dalam transformasi XL dari operator konvensional menjadi digital telco.

Di bawah kepemimpinannya, XL memperluas penetrasi jaringan 4G, mengadopsi pendekatan digital-first, serta mengarahkan perusahaan pada efisiensi operasional dan profitabilitas yang lebih baik.

Tak hanya soal kinerja keuangan, Dian juga menorehkan berbagai inisiatif sosial, seperti pemberdayaan perempuan di bidang teknologi. Ia bukan hanya bicara tentang transformasi digital, tetapi juga menyuntikkan nilai-nilai keberlanjutan dan inklusivitas ke dalam bisnis.

Bahkan sampai April lalu, Dian masih membersamai EXCL melaksanakan merger dengan Smartfren.

Perjalanan EXCL Selama 1 Dekade : Dari XL Axiata Menjadi XL Smart

Di bawah kepemimpinan Dian dalam satu dekade terakhir, EXCL berhasil turnaround dari rugi sekitar Rp25 miliar pada 2015 menjadi untung Rp1,84 triliun pada akhir 2024.

Sebagai catatan, EXCL pernah merugi cukup besar sampai Rp3,29 triliun pada 2018. Namun, setelah periode itu, EXCL berhasil bangkit dan kembali mencetak profit.

Sebagai catatan juga, kerugian yang terjadi pada 2018 disebabkan lonjakan signifikan dalam beban penyusutan dan amortisasi, naik sekitar 67% menjadi Rp11,62triliun,sementara pendapatan usaha hanya tumbuh tipis 0,27% jadi Rp22,94triliun.

Namun, yang menarik adalah beban penyusutan amortisasi dan amortisasi itu muncul dari penghentian dan pembongkaran jaringan 2G. Situasi ini malah menjadi titik balik transformasi model bisnis EXCL, dengan alokasi spektrum yang kini difokuskan pada 4G untuk mendukung pertumbuhan layanan data.

Berkat itu, EXCL terus mencatat pendapatan yang bertumbuh, bahkan capaian tahun lalu merupakan yang tertinggi sepanjang masa.

Sepanjang 2024 lalu, EXCL mencatat pendapatan Rp34,40 triliun, tumbuh 6% secara tahunan (yoy), sementara laba bersih berhasil melesat 45% yoy menjadi Rp1,84 triliun.

Profitabilitas EXCLFoto: Company Presentation EXCL FY24
Profitabilitas EXCL

Terbaru, EXCL telah menyelesaikan proses merger dengan Smarfren dan kini namanya sudah resmi jadi XL Smart. Finalisasi merger dua entitas telekomunikasi Tanah Air ini bisa dibilang terjadi sebelum Dian bergabung dengan Telkom.

Merger dengan Smartfren menjadi konsolidasi kedua yang Dian pimpin, sebelumnya pada 2014 , Ia ikut dalam proses merger dengan Axis.

Waktu merger dengan Axis dalam proses penyesuaian, EXCL sempat terdampak dan berakhir mengalami kerugian. Pendapatan Axis yang termasuk dalam laporan laba rugi sejak 20 Maret 2014 dengan tanggal merger adalah Rp 144,12 miliar. Kemudian, Axis memberi kontribusi rugi sebesar Rp 123,25 miliar di periode yang sama.

Lalu jika Axis dikonsolidasikan sejak awal 2014, periode semester pertama enunjukkan pendapatan proforma sebesar Rp 12,08 triliun. Kemudian rugi proforma dari kegiatan usaha normal periode berjalan adalah Rp 4,71 triliun.

Sementara itu, jika dihitung secara annual untuk rugi tahun berjalan pada 2014, EXCL mencatat kerugian Rp891 miliar. Beruntungnya, rugi ini berhasil ditekan signifikan pada 2015 menjadi Rp25 miliar dan 2016 sudah kembali profit.

Belajar dari situ, tren ini kemungkinan akan berlangsung lagi di merger EXCL dan Smartfren. Namun, pemulihan akan berlangsung cepat dan akan kembali profit pada 2026.

EXCL diperkirakan akan mengalami kerugian untuk tahun buku 2025, sekitar Rp208 miliar karena efek penyesuaian setelah merger di mana ada biaya integrasi sebesar Rp500 miliar.

Laba pada 2026 diproyeksi bisa mencapai profit Rp1,9 triliun, dan terus meningkat menjadi Rp3,1 triliun pada 2027, seiring potensi efisiensi operasional dan skala bisnis yang lebih besar.

Manajemen menargetkan sinergi biaya senilai US$100 juta pada tahun pertama dan mencapai US$400 juta dalam 3-5 tahun.

Berkat merger, posisi EXCL akan menjadi operator seluler ketiga terbesar di Indonesia, dengan pangsa pasar 28% pendapatan dari mobile dan jumlah pelanggan mencapai 90 juta.

Jika ditelisik lagi, Harga merger EXCL-Smartfren, XL Axiata waktu itu dikabarkan membayar relatif murah, yaitu sekitar Rp2.350 per lembar saham Smartfren, dengan konversi 0,011 saham XL untuk setiap 1 saham Smartfren.

Skema ini menunjukkan nilai yang menarik bagi XL, mereka "menang harga" karena harga tersebut dianggap berada di bawah valuasi pasar Smartfren sebelum merger.

Mengambil sudut pandang Dian sebagai Dirut EXCL kala itu, harga final itu mencerminkan negosiasi yang efektif dan manajemen strategi yang matang.

Dian, yang sebelumnya pernah mengatakan bahwa EXCL terbuka untuk konsolidasi sejak 2021 berhasil menggunakan momentum merger untuk mengamankan valuasi yang menguntungkan, sekaligus tetap mendapat dukungan dari pemegang saham besar seperti Axiata dan Sinar Mas.

Kinerja kuartal I/2025 EXCL juga masih menunjukkan sinyal positif, free cash flow tumbuh 28% yoy menjadi Rp3,08 triliun, didorong oleh efisiensi belanja modal yang turun 40% menjadi Rp1,24 triliun.

Meski utang bruto meningkat menjadi Rp13,08 triliun, gearing ratio tetap terkendali, dengan net debt to EBITDA (termasuk sewa pembiayaan) tercatat stabil di kisaran 2,5x.

Kinerja positif juga tercermin dari profitabilitas dengan pendapatan senilai Rp8,6 triliun, tumbuh 2% yoy, mencapai 25% dari capaian top line tahun lalu. Laba bersih juga masih terjaga momentum tumbuh positif double digit sampai 29% yoy menjadi Rp388 miliar.

Secara keseluruhan, potensi efisiensi, skala bisnis yang lebih besar, dan penguatan arus kas menjadi landasan kuat bagi pemulihan dan pertumbuhan EXCL ke depan.

Kiprah Dian Selanjutnya Beralih ke Telkom

Beralih lagi ke TLKM, dengan masuknya Dian dalam jajaran strategis manajemen, ini kembali menaruh harapan inggi terhadap arah baru Telkom ke depan.

Dian terbukti piawai mengelola konsolidasi besar seperti merger XL-Axis dan XL-Smartfren. Hal ini menguatkan prospek bahwa ia akan mendorong konsolidasi internal dan efisiensi antar unit usaha Telkom, seperti Telkomsel, Telin, dan NeutraDC, agar lebih ramping, fokus, dan menguntungkan. Holding digital "InfraCo" dan "DataCo" kemungkinan besar akan diakselerasi di bawah kepemimpinannya.

Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Melanjutkan arah Telkom sebelumnya, Dian kemungkinan akan meningkatkan fokus ke B2B digital - termasuk layanan cloud, big data, dan penguatan posisi NeutraDC sebagai pemimpin pusat data Indonesia. Pengalamannya di EXCL yang semakin digital dalam beberapa tahun terakhir bisa jadi pendorong akselerasi ini.

Dian juga dikenal mendorong kesetaraan gender dan budaya kerja inklusif. Budaya ini kemungkinan dibawa ke Telkom, menciptakan SDM yang lebih agile dan mendukung transformasi kultur BUMN yang lebih dinamis.

Dian Siswarini berpeluang melanjutkan strategi utama Telkom, Five Bold Moves lebih tajam dan terukur.

Strategi Five Bold Moves dilakukan untuk membangun keunggulan kompetitif di tiga pilar bisnis digital Telkom, yaitu digital connectivity, digital platform, dan digital services.

Strategi ini dilakukan guna memperkuat posisi Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi digital yang menciptakan nilai lebih tinggi bagi para pemangku kepentingan perusahaan, serta memaksimalkan peluang, meningkatkan daya saing, dan value creation dalam menghadapi tantangan di masa depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |