Ini 10 Titik Kritis IHSG Sepanjang Tahun Ini, Kapan Terparah?

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air kembali babak belur pada perdagangan kemarin, Senin (23/6/2025), usai perang di wilayah Timur Tengah yang makin berkecamuk mendorong ambruknya pasar saham. Usai kenaikan tajam pada Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu melanjutkan euforia pada bulan ini.

Pada perdagangan Senin (23/6/2025), IHSG lagi-lagi ambruk dengan penurunan 1,74% di level 6.787,14. Penurunan ini mendorong IHSG meninggalkan level psikologis 6.900 dan menjadi yang terburuk sejak 5 Mei 2025.

Di sepanjang bulan ini, IHSG telah mencatatkan penurunan sebesar 5,42%, setengah koreksi dari penurunan pada Februari 2025.

Jika melihat track record penurunan IHSG terparah secara pergerakan harian di sepanjang tahun ini, penurunan pada perdagangan kemarin bukanlah yang terburuk.

Penurunan tajam IHSG dalam pergerakan harian di sepanjang tahun ini, terparah pernah terjadi pada perdagangan 8 April 2025 yang mengalami penurunan hingga 7,90% di level 5.996,14. Sementara penurunan tajam lainnya sempat terjadi pada Februari dan juga Maret 2025. Sementara di bulan ini baru terjadi penurunan tajam pada 19 Juni 2025 dengan kejatuhan 1,96%.

Anjloknya IHSG terjadi seiring pelaku pasar yang masih berada dalam mode risk-off atau hati-hati, karena sejumlah kekhawatiran yang mencuat, terutama tensi geopolitik di Timur Tengah dan sejumlah rilis data ekonomi yang memperkuat sikap hawkish the Fed.

Pada Sabtu pekan lalu (21/6/2025), Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan udara ke fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Presiden Trump menyatakan serangan tersebut sukses, sementara Iran menyebutnya pelanggaran hukum internasional dan mengancam tindakan balasan, termasuk kemungkinan menutup Selat Hormuz.

Tak lama setelah serangan AS, Iran melalui Korps Garda Revolusi meluncurkan rudal balistik ke wilayah Israel, menegaskan tindakan balasan tetapi memilih untuk tidak meningkatkannya ke konflik penuh.

Iran juga memberi ancaman untuk menutup Selat Hormuz yang bisa mengganggu sekitar 20% pasokan minyak global dan merusak perdagangan global.

Di sisi lain, Yaman (Houthis) juga turun tangan. Houthi di Yaman menilai serangan AS sebagai deklarasi perang, dan merespon dengan meluncurkan rudal ke Israel. Sebelumnya AS juga sudah melancarkan serangan terhadap kedudukan Houthi di Yaman untuk menghalau ancaman mereka terhadap jalur pelayaran di Laut Merah.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |