Di Balik Saham Kapal - Migas Terbang, Selat Hormuz Bisa Picu Kiamat

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham di sektor minyak dan gas (migas), serta perkapalan kompak menguat meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) loyo gara-gara tensi perang di Timur Tengah memanas.

Pada perdagangan Senin hari ini (23/6/2026) sampai pukul 09.47 WIB sederet saham emiten migas dan kapal langsung loncat. Bahkan ada saham yang reli sampai 20% lebih, berikut saham-nya :

Penguatan saham migas dan kapal ditengarai respon Iran yang akan memblokir selat Hormuz usai Amerika Serikat (AS) ikut campur membantu Israel menyerang fasilitas nuklir milik Iran.

Parlemen Iran, dilaporkan laman Axios AS, telah mendukung langkah tersebut. Keputusan pasti akan menunggu dewan keamanan nasional Iran.

Jika benar terjadi, langkah ini merupakan pertama kali dilakukan Iran sepanjang konflik Iran-Israel berlangsung sejak 1979. Selat Hormuz merupakan salah satu titik kritis dunia, yang dilalui oleh seperlima pasokan minyak dan gas dunia.

Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab dan Samudra Hindia. Sebagian besar ekspor minyak dari negara-negara besar regional harus melewati jalur sempit ini, mulai dari Arab Saudi, Irak, UEA, Qatar, Iran, dan Kuwait.

Peta yang menunjukkan Selat Hormuz dan Iran terlihat di belakang jaringan pipa minyak cetak 3D dalam ilustrasi. (REUTERS/Dado Ruvic)Foto: Peta yang menunjukkan Selat Hormuz dan Iran terlihat di belakang jaringan pipa minyak cetak 3D dalam ilustrasi. (REUTERS/Dado Ruvic)
Peta yang menunjukkan Selat Hormuz dan Iran terlihat di belakang jaringan pipa minyak cetak 3D dalam ilustrasi. (REUTERS/Dado Ruvic)

Di masa lalu, Barat, terutama AS dan Eropa, menjadi wilayah yang paling rentan terhadap gangguan aliran energi Teluk Persia itu. Tetapi kini China dan Asia akan menanggung beban jika penutupan terjadi.

Mengutip CNBC International, upaya untuk memblokir jalur air sempit antara Iran dan Oman dapat menimbulkan konsekuensi yang mendalam bagi ekonomi global. Sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari, atau 20% dari konsumsi global, mengalir melalui selat tersebut pada tahun 2024, menurut Badan Informasi Energi.

Sementara itu, AS sendiri melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio meminta China untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz. China adalah pelanggan minyak terpenting Iran dan memelihara hubungan persahabatan dengan Republik Islam tersebut.

"Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka," kata Rubio dalam sebuah wawancara di Fox News.

Rubio mengatakan akan menjadi "bunuh diri ekonomi" bagi Iran untuk menutup selat tersebut. Pasalnya ekspor minyak Republik Islam tersebut melewati jalur air tersebut.

Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga di OPEC, yang memproduksi 3,3 juta barel per hari. Negara itu mengekspor 1,84 juta barel minyak per hari bulan lalu.

"Itu akan menjadi luka yang ditimbulkan sendiri, memutus Selat akan menghentikan aliran ekspor minyak mentahnya ke China, menghentikan aliran pendapatan utama," kata analis minyak utama di Kpler, Matt Smith.

Harga minyak melonjak lebih dari 2% setelah serangan AS terhadap Iran. Ini menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pasokan.

"Harga minyak dapat melonjak di atas US$100 per barel jika selat tersebut ditutup untuk waktu yang lama," kata Goldman Sachs dan firma konsultan Rapidan Energy.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |