Jakarta, CNBC Indonesia - Dua negara sekutu Amerika Serikat (AS), Jepang dan Selandia Baru, menanggapi serangan Washington ke Iran dengan gestur yang tidak jelas. Keduanya tidak menyatakan dukungan atas serangan itu, dan bahkan ada yang menanyakan soal kepemilikan Iran atas senjata nuklir.
Mengutip The Guardian, Jepang menanggapi serangan, yang dikomandoi Presiden Donald Trump itu, dengan hanya meminta deeskalasi kawasan. Tokyo tidak memberikan dukungan, sebagaimana yang telah dialamatkan mitra-mitra seperti Australia dan Israel.
"Kami mengumpulkan dan menganalisis informasi dan memantau perkembangan dengan cermat dengan keprihatinan yang mendalam," ujar Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, dikutip Senin (23/6/2025).
Tanggapan Jepang terhadap serangan udara Israel terhadap Iran juga membuatnya berselisih dengan sekutu AS lainnya. Awal bulan ini, Ishiba mengecam serangan Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer di Iran, menggambarkannya sebagai "sama sekali tidak dapat diterima".
"Ini sangat disesalkan dan kami mengutuk keras hal itu," ungkapnya.
Namun, Jepang menandatangani pernyataan G7 minggu lalu yang menegaskan hak Israel untuk membela diri. Diketahui, G7, yang beranggotakan Jepang, AS, dan sejumlah sekutu Barat, memandang serangan Israel ke Iran adalah untuk menahan Negeri Persia itu memperoleh senjata nuklir. Alasan ini juga digunakan Trump untuk menyerang Teheran Sabtu lalu.
Jurnalis Guardian yang berpusat di Jepang, Justin McCurry, menjelaskan bahwa sikap ini kemungkinan besar diakibatkan ketergantungan Jepang atas sumber-sumber energi dari Timur Tengah. Diketahui, ekonomi terbesar kelima di dunia itu bergantung pada Timur Tengah untuk 90% impor minyak mentahnya.
"Ketergantungan Jepang pada minyak Timur Tengah berarti negara itu secara tradisional memiliki hubungan yang bersahabat dengan Iran," paparnya.
"Meskipun pertukaran serangan rudal baru-baru ini antara Iran dan Israel tidak berdampak langsung pada pasokan energi, gangguan apa pun pada pengiriman minyak mentah dapat berdampak serius bagi Jepang, yang memiliki sedikit sumber daya energi sendiri."
Pertanyakan Kepemilikan Iran atas Senjata Nuklir
Pertanyaan terkait pengembangan senjata nuklir Iran kemudian disampaikan oleh mitra strategis AS lainnya, Selandia Baru. Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, mengatakan bahwa ia tengah mencari "bukti yang berkaitan dengan" program nuklir Iran untuk membenarkan serangan AS di sejumlah lokasi di seluruh negeri.
"Iran sangat pandai bernegosiasi untuk keluar dari situasi ini dan pertanyaannya adalah, apakah mereka telah menepati komitmen mereka, apakah mereka telah melanggar kewajiban internasional mereka," kata Peters pada Radio NZ.
"Dunia mencari tahu hal itu sebelum kita terburu-buru menghakimi."
Kemarin, Peters mengatakan bahwa ia menganggap serangan itu "sangat mengkhawatirkan". Pejabat negara mitra intelijen strategis AS itu mengatakan bahwa "sangat penting" untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
"Selandia Baru sangat mendukung upaya menuju diplomasi. Kami mendesak semua pihak untuk kembali berunding. Diplomasi akan menghasilkan resolusi yang lebih langgeng daripada tindakan militer lebih lanjut," tambahnya.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gubernur Bank Sentral Selandia Resign Usai 7 Tahun Menjabat