Ini 10 Komoditas Utama Perdagangan Iran vs RI: Pinang Lawan Nuklir

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Hubungan dagang tak selalu lahir dari kedekatan geografis atau sejarah panjang diplomasi. Dua negara, Iran dan Indonesia, memang tak berbagi batas laut langsung tapi berbagi niat untuk tetap bertransaksi meski kadang dengan langkah seret, kadang dengan lompatan penuh kejutan.

Data perdagangan 2024 dari Kementerian Perdagangan menunjukkan potret relasi ekonomi yang unik, ekspor tumbuh, impor menyusut, dan di tengahnya ada kurma, reaktor, dan sepeda tanpa mesin.

Sepanjang tahun lalu, total ekspor Indonesia ke Iran mencapai US$206,2 juta, tumbuh 6,04% secara tahunan. Yang paling menonjol bukanlah barang mewah atau produk industri besar, melainkan buah bertempurung keras pinang dan sejenisnya senilai US$52 juta, yang justru turun tipis 2,94%. Disusul produk kimia dan sepeda non-motor yang nilai ekspornya menurun tajam hingga 53,13%.

Namun, di tengah penurunan ini, komoditas lain seperti makanan olahan dan minyak nabati justru bersinar, tumbuh 59,97% dan 28,65%. Ini menandakan kekuatan kita di sektor consumer goods dan pangan masih relevan di pasar Iran .

Fun fact-nya: dari sepuluh besar komoditas ekspor, tiga di antaranya adalah sepeda, onderdil, dan motor dengan total nilai lebih dari US$30 juta. Sebuah sinyal bahwa meski Iran dikenal dengan sektor otomotifnya, Indonesia punya ceruk sendiri di pasar kendaraan roda dua dan komponennya.

Tapi sayangnya, sebagian besar kategori kendaraan justru mengalami penurunan ekspor, bahkan hingga dua digit. Apakah karena substitusi lokal di Iran makin kuat? Atau pasar Indonesia kehilangan daya saing di sana?

Sebaliknya, dari sisi impor, total nilai barang Iran yang masuk ke Indonesia hanya US$11,06 juta, turun 5,64%. Yang menarik di sini bukan jumlahnya, melainkan jenis barangnya. Di posisi puncak ada kurma dan reaktor nuklir.

Reaktor nuklir dan peralatan teknisnya senilai US$3 juta. Diikuti instrumen medis yang tumbuh mengejutkan hingga 196.263%, jadi salah satu lonjakan paling tajam dalam hubungan dagang dua negara. Ini bisa jadi cerminan upaya diversifikasi suplai alat kesehatan Indonesia.

Namun, sebagian besar barang impor Iran mengalami penurunan mulai dari buah, bahan kimia organik, hingga bahan bakar mineral. Impor migas dari Iran yang sempat dominan di awal dekade kini tinggal jejak.

Grafik sektor migas menunjukkan puncak di 2012-2013 dan 2017-2018, lalu turun drastis seiring sanksi internasional dan dinamika geopolitik. Kini, hampir semua perdagangan Indonesia-Iran didominasi sektor non-migas, menandakan perubahan struktur hubungan dagang yang lebih berbasis kebutuhan sipil dan produk konsumen.

Garis merahnya ekspor kita ke Iran makin kuat di pangan, kimia, dan kendaraan sederhana; sementara impor kita dari sana menurun drastis, tapi menyimpan sinyal kebutuhan teknologi dan alat ukur medis.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |