Di Balik Asap Perang, Ada Cuan: Ini Strategi Tajir Saat Krisis

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang di wilayah Timur Tengah makin memanas dan mulai meluas. Amerika Serikat (AS) akhirnya resmi bergabung bersama Israel untuk melawan Iran. Hal ini pun makin menimbulkan kekhawatiran para investor terhadap pasar saham yang sangat sensitif terhadap perpecahan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap pergerakan pasar saham.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan pasukan Amerika Serikat telah melancarkan serangan pada tiga lokasi nuklir di Iran, yakni di Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada Sabtu malam (21/6/2025) aaktu setempat.

Dilansir dari Reuters, Trump menyebut militer AS menyerang tiga situs nuklir Iran tersebut dalam serangan yang "sangat sukses".

Trump telah mempertimbangkan serangan itu selama berhari-hari. Pesawat pembom B-2 Amerika digunakan dalam operasi akhir pekan itu.

Masuknya AS dalam konflik Israel-Iran ini membawa situasi geopolitik semakin memanas dan meluas. Keterlibatan AS bisa mengundang negara besar lain untuk terlibat mulai dari Rusia, China, hingga negara-negara Eropa.

Adapun sebagai balasan dari Iran, parlemen Iran menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz, jalur transit global yang sangat penting, sebagai respons atas serangan udara AS semalam terhadap situs nuklir Iran, demikian dilaporkan media pemerintah Iran pada Minggu.

Saluran milik negara, Press TV, melaporkan bahwa legislatif telah mencapai konsensus untuk menutup selat tersebut. Keputusan final berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Selat ini, yang memisahkan Iran dan Oman, merupakan jalur utama bagi pengiriman minyak dari negara-negara di Teluk Persia.

Selat tersebut menghubungkan Teluk Persia dengan laut lepas dan menjadi salah satu titik tersumbat minyak paling kritis di dunia.

Iran diketahui mengontrol dua jalur pelayaran strategis yang sangat penting bagi perdagangan minyak dunia, yaitu Selat Hormuz dan Laut Merah.

Investor pun kini makin gelisah dengan perpecahan yang terjadi di wilayah Timur Tengah. Lantaran investasi saat perang menjadi tantangan besar karena ketidakpastian yang tinggi, volatilitas pasar, gangguan rantai pasokan, dan risiko geopolitik.

Namun, terdapat beberapa strategi dan instrumen tertentu yang historisnya mampu bertahan atau bahkan diuntungkan saat situasi konflik.

Strategi investasi saat perang harus mengutamakan perlindungan modal, stabilitas, dan potensi keuntungan dari sektor-sektor yang diuntungkan oleh konflik. Berikut strategi investasi saat perang.

1. Prioritaskan Keamanan Aset (Safe Haven Assets)

Perang menciptakan ketidakpastian tinggi-prioritaskan aset yang cenderung stabil atau bahkan naik nilainya saat terjadi krisis. Gunakan instrumen lindung nilai untuk mengurangi dampak inflasi dan volatilitas:
• Emas (safe haven)
• Dolar AS (mata uang safe haven)
• Obligasi TIPS (Treasury Inflation-Protected Securities)
• Derivatif (opsi atau futures sebagai perlindungan nilai aset)

2. Fokus ke Sektor yang Diuntungkan Perang

Beberapa sektor justru mengalami lonjakan permintaan saat konflik bersenjata terjadi. Saat perang, konsumen dan pemerintah juga tetap membutuhkan produk dan jasa tertentu. Sektor-sektor ini cenderung lebih stabil:

• Sektor pertahanan & militer (perusahaan produsen senjata, peralatan militer, dan logistik).
• Sektor energi (minyak, gas, dan logistik energi).
• Sektor kebutuhan pokok (makanan, obat-obatan, dan produk konsumen dasar).
• Sektor kesehatan (farmasi, alat kesehatan).

3. Simpan Cash

Saat perang, akses ke uang tunai sangat penting. Risiko penutupan pasar, pembekuan aset, atau gangguan perbankan meningkat. Simpan 10-20% portofolio dalam bentuk kas atau deposito di negara stabil.

4. Kurangi Risiko di Aset Berisiko Tinggi

Saat perang berlangsung, volatilitas pasar ekstrem. Hindari atau kurangi porsi pada aset seperti saham teknologi spekulatif, investasi pada startup, properti di wilayah konflik, dan pasar saham negara yang terlibat langsung dalam perang.

5. Pantau Perkembangan Geopolitik dan Sentimen Pasar

Pastikan selalu update mengenai perkembangan geopolitik. Berita militer dan diplomasi sangat memengaruhi harga komoditas dan indeks saham. Seperti perang di wilayah penghasil energi (seperti Timur Tengah, Rusia-Ukraina) bisa menyebabkan lonjakan harga minyak.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |