Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas sejak Israel melancarkan serangan besar terhadap fasilitas nuklir Iran pada Jumat (13/6/2025).
Serangan yang memicu respons keras dari Teheran itu langsung mengguncang pasar keuangan global, termasuk pergerakan nilai tukar mata uang di kawasan Timur Tengah.
Dilansir dari Refinitif, indeks dolar AS (DXY) pada perdagangan hari ini, Selasa (24/6/2025) per pukul 09:31 WIB berada di level 98,26. Artinya, DXY menguat sebesar 0,08% sejak dimulainya konflik antara Israel dan Iran pad Jumat (13/6/2025).
Ketidakpastian geopolitik yang meningkat tajam memicu arus keluar modal dari sejumlah negara regional, terutama yang secara geografis atau politik berada dalam lingkaran konflik.
Dalam hampir dua pekan terakhir, mata uang negara-negara seperti Suriah, Mesir, Turki, dan Qatar mengalami tekanan paling dalam terhadap dolar AS. Sementara negara Timur Tengah lainnya seperti Irak, Iran, Oman, dan Libanon terpantau tidak mengalami perubahan.
Diantara negara-negara Timur Tengah justru Mata uang Israel menjadi yang paling kuat terhadap dolar AS. Shekel Israel mencatatkan kenaikan sebesar 5,67% sejak diluncurkannya serangan besar terhadap fasilitas nuklir di Iran. Penguatan terhadap nilai tukar dolar AS juga diikuti oleh beberapa negara Timur Tengah lainnya seperti Yaman,Uni Emirate Arab, dan Kuwait.
CNBC telah membuat pergerakan nilai tukar negara-negara Timur Tengah terhadap dolar AS sejak serangan Israel ke situs nuklir Iran pada Jumat (13/6/2025) sampai hari ini Senin (24/6/2025).
Shekel Israel
Riyal Yaman
Dirham Uni Emirate Arab
Dinar Kuwait
Rial Iran
Rial Oman
Pound Lebanon
Dinar Bahrain
Riyal Arab Saudi
Rial Qatar
Lira Turki
Pound Mesir
Dolar Suriah
CNBC RESEARCH INDONESIA
(evw/evw)