Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati upaya pemerintah untuk menjaga tingkat ekonomi dalam negeri. Caranya dengan cara meningkatkan belanja dalam negeri, meski penerimaan pajak menurun.
Hal ini diungkapkan saat CNBC Indonesia Economic Upadte 2025, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Sri Mulyani meyakinkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki 3 fungsi, yakni stabilitas, distribusi, dan alokasi.
Menurutnya, fungsi stabilitas dimana APBN harus menjadi shock absorber ketika ekonomi sedang booming ataupun melemah. Adapun APBN juga berperan sebagai country cyclical ketika ekonomi sedang melemah.
"Hari ekonomi cenderung melemah," kata Sri Mulyani.
Untuk itu peran APBN akan menjadi counter cyclical atau mengambil kebijakan untuk menanggapi fluktuasi kondisi ekonomi saat ini. Yaitu dengan cara meningkatkan belanja pemerintah.
"Counter cyclical bisa dilakukan berbagai cara yang bersifat natural yang menerima penerimaan pajak menurun karena ekonomi melemah tapi spending bisa dipertahankan tinggi atau naik untuk melindungi ekonomi," sambungnya.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga mengutip pernyataan dari ekonom asal Amerika Serikat, Arthur B. Laffer agar belanja harus dikontrol, dimana saat penerimaan pajak rendah seharusnya belanja negara juga rendah.
"Beliau minta tax rendah belanja juga rendah," kata Sri Mulyani.
Namun pemerintah tidak mengambil langkah itu. Pemerintah mencoba melakukan counter cyclical dengan cara memperbesar belanja seperti memberikan bantuan sosial, perbaikan jalan, hingga memberikan subsidi upah.
"Pada saat ekonomi melemah pendapatan memang akan melemah karena company income-nya keci bahkan merugi dia tidak bayar pajak. Sehingga pasti penerimaan pajak turun, sementara belanja tidak harus turun tapi kita pertahankan untuk bantuan sosial, untuk perbaikan kesejahteraan, untuk memperbaiki jalan raya yang rusak, bahkan banyak yang minta kita bikin subsidi upah," kata Sri Mulyani.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Habiskan Rp211,5 T Buat Belanja di Januari-Februari