Jakarta, CNBC Indonesia - Industri taksi otomatis (robotaxi) yang membawa 'kiamat' bagi profesi driver online kian kompetitif. Pabrikan otomotif dari China dan Amerika Serikat (AS) berbondong-bondong mengembangkan teknologi pengemudian otomatis paling canggih dan aman.
Layanan ride-hailing seperti Uber dan Lyft juga makin kencang menggandeng mitra untuk mewujudkan layanan transportasi online berbasis robotaxi.
Konsep mobil tanpa sopir sebenarnya sudah lama digaungkan oleh CEO Tesla, Elon Musk. Pada 2016 lalu, Tesla pertama kali memperkenalkan sistem pengemudian otomatis penuh (Full Self-Driving/FSD).
Namun, kebohongan Musk terungkap. Tesla ternyata menggunakan video rekayasa untuk menampilkan mobil otomatis tanpa sopir yang berjalan aman di kondisi menantang. Video itu sudah dihapus dan Tesla mengklaim teknologinya sudah ada, hanya tinggal memvalidasi software-nya.
Tak berhenti sampai di situ, 6 tahun lalu Musk menggembar-gemborkan rencana Tesla untuk mengoperasikan 1 juta robotaxi di jalanan pada 2020. Lagi-lagi, omongan itu hanya bualan.
Bahkan, perusahaan robotaxi asal China seperti WeRide sudah mulai mengoperasikan armadanya hingga ke Abu Dhabi. Pabrikan robotaxi asal AS seperti Waymo juga terus memperluas jangkauan operasionalnya di beberapa negara bagian.
Di kala perusahaan lain sudah berkembang pesat, Tesla masih jalan di tempat, berkutat pada izin operasional dan isu keamanan. Beberapa kali Musk memasang tenggat untuk pengoperasian robotaxi Tesla, tak beberapa kali pula mengalami penundaan.
Beberapa saat lalu, Musk mengatakan robotaxi Tesla akan mulai beroperasi di Austin, Texas, pada 22 Juni 2025 mendatang. Namun, Musk menyebut tanggal itu 'tentatif'. Kita tunggu saja apakah omongan kali ini terbukti benar atau lagi-lagi kebohongan semata.
Tesla Makin Kacau
Masalah bertubi-tubi dihadapi Tesla akibat kebohongan Musk, berbagai kecelakaan dan isu keselamatan pengemudi, hingga sikap politik Musk di pemerintah Trump yang memicu gerakan boikot di mana-mana.
Di saat bersamaan, Tesla menghadapi tekanan kompetisi mobil listrik dari pabrikan China seperti BYD, Xpeng, Chery, dan Geely. Terbaru, muncul laporan bahwa Tesla menghentikan produksi Cybertruck dan Model Y selama sepekan di Austin, Texas.
Business Insider melaporkan pemberhentian produksi akan dimulai pada 30 Juni mendatang, menurut informasi dari pertemuan para staf ketika penghentian produksi tersebut diumumkan.
Hal ini menandai kali ketiga fasilitas Tesla di Austin mengalami penghentian produksi sepanjang tahun lalu hingga sekarang, menurut laporan Business Insider.
Investor langsung bereaksi dan membuat saham Tesla anjlok 4% pada Selasa (17/6) waktu setempat. Sebagai informasi, Model Y merupakan salah satu model paling laris Tesla.
Selain itu, Model Y juga merupakan salah satu model yang akan ditanamkan sistem FSD Tesla untuk peluncuran robotaxi pada 22 Juni 2025 mendatang.
Saat Musk mengumbar soal robotaxi, ia membagikan klip video Model Y dan Model X yang dibenamkan teknologi robotaxi dan melintas di jalan raya Austin.
Demo Besar-besaran
Kelompok advokasi keselamatan publik mengatakan bahwa sistem pengemudian otomatis parsial Tesla (Autopilot) memiliki masalah keselamatan. Namun, fitur premium FSD juga belum sepenuhnya aman.
Kendaraan dengan sistem FSD, yang mencakup fitur-fitur seperti menjaga lajur, kemudi, dan parkir otomatis, telah terlibat dalam ratusan tabrakan, termasuk puluhan kematian, menurut data Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA).
Robotaxi Tesla yang direncanakan meluncur pada 22 Juni 2025 dilengkapi dengan software FSD terbaru. Teknologi FSD "tanpa pengawasan" itu belum tersedia untuk umum.
Beberapa kelompok di Austin pada pekan lalu memprotes peluncuran pilot robotaxi Tesla dan keterlibatan Musk dalam pemerintahan Trump.
Dawn Project, kelompok keselamatan teknologi yang mengkritik kemampuan FSD Tesla, mendemonstrasikan situasi keselamatan menggunakan Model Y yang dilengkapi dengan software yang tersedia saat ini.
Dalam demonstrasi FSD, Model Y melaju melewati bus sekolah yang berhenti dengan tanda berhenti dan menabrak manekin seukuran anak-anak yang ditarik di depan mobil yang sedang melaju, yang mensimulasikan seorang anak berlari menyeberang jalan untuk mengejar bus.
Pendiri Dawn Project Dan O'Dowd juga mengelola Green Hills Software, yang menjual teknologi kepada pesaing Tesla.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Terkaya Dunia Elon Musk Mau Tambah Kaya, Taktiknya Terungkap