Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Transportasi Amerika Serikat (AS) Sean Duffy mengaku ingin agar impor bahan baku dan instrumen produksi pesawat tidak dikenakan tarif oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini terjadi saat maskapai raksasa Vietnam, Vietjet, memutuskan untuk membeli lagi ratusan pesawat produsen Eropa, Airbus.
Mengutip Reuters, Duffy mengatakan dia ingin penerbangan sipil kembali ke perjanjian perdagangan tarif nol tahun 1979. Perjanjian ini mengenakan 0% tarif pada bahan baku dan juga instrumen lainnya yang digunakan untuk pembuatan pesawat, yang menguntungkan produsen Negeri Paman Sam seperti Boeing.
"Sekarang, sekali lagi, Anda lihat apa yang telah dilakukan perdagangan bebas untuk penerbangan. Itu luar biasa bagi mereka. Ini adalah ruang eksportir bersih yang hebat," katanya, Selasa (17/6/2025).
"Dan Gedung Putih memahami hal itu, tetapi jika Anda pergi ke sana dan Anda melihat bagian-bagian yang bergerak dari apa yang mereka hadapi, itu cukup intens dan banyak."
Saat ini, Presiden Trump memberlakukan tarif impor sebesar 10% untuk impor instrumen pesawat terbang. Hal ini merupakan masalah bagi industri yang sudah berjuang melawan tantangan rantai pasok dan menghadapi turbulensi baru akibat kecelakaan mematikan Air India minggu lalu dan konflik di Timur Tengah.
Maskapai penerbangan, pembuat pesawat, dan beberapa mitra dagang AS telah melobi Trump untuk memulihkan rezim bebas tarif berdasarkan perjanjian tahun 1979. Pasalnya, aturan instrumen ini membuat sejumlah pabrikan seperti Boeing, yang notabenenya merupakan saingan Airbus, tidak kompetitif di pasar.
Sementara itu, Vietjet akhirnya menandatangani kesepakatan sementara untuk membeli 100 pesawat A321neo, dengan opsi untuk membeli hingga 50 lagi di masa mendatang. Momen ini dilakukan di tengah-tengah Paris Airshow dengan nilai kesepakatan mencapai US$ 9,4 miliar (Rp 153 triliun).
Maskapai penerbangan swasta terbesar di Vietnam itu mengoperasikan armada yang seluruhnya Airbus, selain dari dua jet regional buatan China. Maskapai penerbangan tersebut sejatinya telah memesan 200 pesawat Boeing 737 MAX yang, namun belum ada satu unit pun yang tiba.
Pimpinan VietJet Nguyen Thi Phuong Thao mengatakan skala pesanan maskapai didukung oleh rencana untuk mengembangkan pusat penerbangan utama di Vietnam, yang menurut Airbus telah melihat pasar penerbangannya tumbuh sebesar 7,5% per tahun.
"Perjanjian baru ini menandai tonggak penting dalam kemitraan strategis kami dengan Airbus. Pesawat modern dan efisien ini berperan penting dalam pertumbuhan Vietjet, membantu kami membuat perjalanan udara lebih mudah diakses dan terjangkau bagi jutaan orang, sekaligus memperkuat peran kami sebagai penghubung bagi pembangunan ekonomi, pertukaran budaya, dan konektivitas global," kata Nguyen dikutip laman Airbus
"Perjanjian penting ini merupakan langkah penting dalam strategi pertumbuhan Vietjet sebagai grup penerbangan multinasional."
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Gentar! Kanada Siap Respons Deklarasi 'Perang' dari AS