Sri Mulyani Beberkan Sumber 'Kepusingan Dunia'

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, kondisi ekonomi dunia saat ini lebih dari kondisi yang penuh ketidakpastian.

Menurutnya kondisi ekonomi dunia kini telah memasuki tahap pemburukan dalam jangka panjang dan tak berujung. Penyebabnya struktur ekonomi berubah akibat rezim unilateral menjadi dominan, di tambah konflik geopolitik yang makin meluas dan tak ada yang tahu kapan akan berakhir.

"Makanya tadi saya sebut global uncertainty itu adalah kata-kata yang terlalu lunak untuk mendeskripsikan situasi hari ini," kata Sri Mulyani dalam acara CNBC Indonesia Economic Update 2025, di Jakarta, Rabu (18/6/2025).

"Yang terjadi akan ada perpetual shock, karena kebijakan dibuat oleh pemimpin politik yang pertimbangannya tidak global, tapi tergantung dari situasi kepentingan dan politik, dan itulah sumber ketidakpastiannya," tegas Sri Mulyani.

Dalam jangka pendek, ketidakpastian global ini kata dia telah membuat berbagai lembaga dunia seperti OECD, IMF, dan World Bank merevisi ke bawah secara drastis proyeksi ekonomi dunia.

Selain itu, juga telah merevisi ke bawah mayoritas negara-negara dunia, mulai dari Amerika Serikat, China, Jepang, India, termasuk Indonesia.

"Revisinya cukup dalam, AS sendiri revise down menjadi hanya 1,4%, EU direvisi menjadi hanya 0,7% pertumbuhannya tahun ini, RRT tidak direvisi mungkin karena kemampuan absorbs shock, bahkan Jepang direvisi cukup siginfikan menjadi 0,7%," kata Sri Mulyani

"India yang sangat resilient, open, big, juga terevisi 0,4 menjadi 6,3%, demikian juga Indonesia terevisi 0,4% lebih rendah sehingga pertumbuhannya diprediksi IMF menjadi 4,7%," tegasnya.

Sri Mulyani mengatakan, ketidakpastian global yang makin memburuk ini akibat kebijakan unilateralisme negara-negara dunia, terutama AS melalui perang dagangnya, juga akan membuat gejolak di pasar keuangan maupun komoditas.

"Uncertainty juga creating volatility, combine with the security yaitu perang, disrupsi dari rantai pasok, maka inflasi akan tertahan dan Bank Sentral yang harusnya tahun-tahun ini terutama semester II di negara maju mulai menurunkan suku bunga karena ekonomi cenderung melemah dan inflasi melunak, tapi sekarang mereka menghadapi dilema yang makin sulit karena harga akan tertahan tinggi karena faktor supply disruption," paparnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: PIK2 dan Penghijauan Pesisir, Mangrove Untuk Masa Depan

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |