Prajogo Pangestu Bawa CDIA Buat IPO ke Bursa, Berapa Valuasinya?

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kini tengah bersiap untuk berburu saham penawaran perdana (initial public offering/IPO) PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) anak usaha tidak langsung dari PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). IPO CDIA menjadi sangat menarik dan banyak diperbincangkan serta ditunggu oleh investor karena kombinasi faktor strategis, rekam jejak grup induk, dan prospek sektor yang sedang naik daun.

CDIA adalah bagian dari grup Barito Pacific, konglomerasi besar di sektor energi dan petrokimia. Induknya, CAP, adalah pemain utama industri kimia dan plastik di Indonesia. Reputasi grup ini membuat investor optimistis terhadap manajemen dan pertumbuhan jangka panjang.

CDIA masuk dalam sektor infrastruktur dengan subsektor utilitas. Berdasarkan prospektus, IPO CDIA berikut jadwal IPO CDIA.

IPO CDIA menawarkan 124.829.375 lot dengan persenan total saham 10%. Potensi dana IPO berkisar Rp2,1 triliun hingga Rp2,4 triliun, dengan potensi market cap setara Rp21,2 triliun hingga Rp23,7 triliun. IPO CDIA masuk dalam papan Utama.

Menariknya IPO CDIA memiliki 6 penjamin emisi alias underwriter yakni Henan Putihrai Sekuritas, DBS Vickers Sekuritas Indonesia, Trimegah Sekuritas Indonesia, BNI Sekuritas, BCA Sekuritas, OCBC Sekuritas Indonesia.

Penggunaan Dana IPO

a) Sekitar Rp871.758.125.000 akan disalurkan Perseroan melalui penyetoran modal kepada Perusahaan Anak Perseroan yang termasuk dalam pilar bisnis logistik, yaitu CSI dan MIM.

Adapun seluruh dana yang diperoleh CSI akan disalurkan kembali sebagian melalui penyetoran modal kepada CMI dan sisanya akan digunakan untuk pembelian kapal dan pembiayaan operasional. Dana yang diperoleh oleh CMI dan MIM akan digunakan untuk pembelian kapal dan pembiayaan operasional.

b) Sekitar Rp1.500.000.000.000 seluruhnya akan disalurkan Perseroan melalui penyetoran modal kepada Perusahaan Anak Perseroan yang termasuk dalam pilar bisnis pelabuhan dan penyimpanan, yaitu CSP, yang kemudian seluruhnya akan disalurkan kembali melalui penyertaan modal ke CCP. Adapun dana yang diperoleh oleh CCP akan digunakan untuk keperluan pembuatan tangki penyimpanan, pipa saluran ethylene dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.

Struktur Permodalan

IPO CDIAFoto: IPO CDIA

PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) adalah anak usaha tidak langsung dari PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Dimana TPIA akan memiliki 60% saham CDIA setelah IPO.

TPIA adalah perusahaan induk yang bergerak di bidang petrokimia terbesar di Indonesia. CDIA didirikan untuk mengelola dan mengembangkan unit-unit usaha infrastruktur pendukung industri petrokimia dan energi dari TPIA.

CDIA memiliki peran penting bagi TPIA. CDIA dibentuk sebagai kendaraan strategis untuk menyediakan jasa logistik, transportasi laut, dan terminal penyimpanan, mengelola infrastruktur energi dan utilitas, seperti listrik dan air industri, yang akan mendukung mega proyek CAP2 (Complex Expansion Project) dari TPIA, dan meningkatkan efisiensi dan integrasi rantai pasok TPIA.

Bisnis

PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) berfokus pada sektor infrastruktur strategis di Indonesia, khususnya yang mendukung operasional PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan perusahaan-perusahaan besar lainnya.

CDIA mengelola portofolio aset yang terdiri dari beberapa sektor vital:

Energi

Melalui PT Krakatau Chandra Energi (KCE), CDIA mengoperasikan pembangkit listrik berkapasitas 120 MW di Cilegon, yang menyuplai kebutuhan energi untuk kawasan industri dan perumahan di sekitarnya.

Air

PT Krakatau Tirta Industri (KTI), yang 49% sahamnya dimiliki oleh CDIA, mengelola sistem pengolahan air baku, daur ulang, dan pengolahan air limbah secara terpadu.

Kepelabuhanan & Penyimpanan

CDIA memiliki dan mengoperasikan beberapa fasilitas pelabuhan dan penyimpanan, termasuk PT Chandra Pelabuhan Nusantara, PT Chandra Samudera Port (CSP), dan PT Redeco Petrolin Utama (RPU), yang menyediakan layanan dermaga dan tangki untuk produk kimia dan minyak bumi olahan.

Logistik

CDIA mengelola beberapa anak usaha di bidang logistik, seperti PT Chandra Shipping International (CSI), PT Marina Indah Maritim (MIM), dan PT Chandra Cold Chain (CCC), yang mendukung distribusi barang dan bahan baku, termasuk layanan rantai dingin yang krusial bagi sektor pangan dan farmasi.

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan CDIA menunjukkan peningkatan kinerja yang luar biasa. Pada Desember 2024, pendapatan perseroan naik 34,96% menjadi US$102,25 juta. Kenaikan pendapatan perseroan mendorong peningkatan laba bersih berjalan hingga 1.632,52% menjadi US$32,69 ribu.

Meningkatnya margin perseroan mendorong kenaikan laba bersih.

Berikut rincian pendapatan perseroan yang mengalami peningkatan.

IPO CDIAFoto: IPO CDIA

Valuasi CDIA

Secara valuasi pada Price Book Value (PBV), IPO CDIA tercatat masih memiliki valuasi terjangkau alias cukup murah dengan PBV di angka 1. Akan tetapi, secara sektoral valuasi IPO CDIA sudah berada di atas rata-rata industrinya di Price Earning Ratio (PER) 12.

Track Record Penjamin Emisi

CDIA Miliki Saham RATU

IPO CDIAFoto: IPO CDIA

Dalam aset lancer lainnya tepatnya di aset keuangan lainnya terdiri atas investasi saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) sebesar US$ 9.640.098 atau setara dengan Rp155,8 miliar dengan asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp16.162/US$1 (2023: nihil) dengan kepemilikan 4,99% (2023: nihil), Nippon Shokubai Co., Ltd. sebesar US$ 6.214.747 (2023: US$ 3.838.265) dengan kepemilikan 0,33% (2023: 0,1%), Keppel Infrastructure Trust sebesar US$ 9.126.456 (2023: nihil) dengan kepemilikan 0,45% (2023: nihil) dan Bayfront Infrastructure Management Pte. Ltd. sebesar nihil (2023: US$ 10.000.000) dengan kepemilikan nihil (2023: 24,92%), yang diklasifikasikan sebagai aset keuangan pada FVTPL serta deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari tiga bulan dari tanggal perolehan sebesar nihil (2023: US$ 3.238.552 dengan suku bunga 6,75%).

Prospek Usaha

Permintaan Energi Listrik

IPO CDIAFoto: IPO CDIA

Konsumsi listrik Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 334 TWh. Antara tahun 2019 dan 2024, konsumsi listrik tumbuh dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sebesar 4,8%. Konsumsi listrik diperkirakan akan meningkat secara signifikan, mencapai 595 TWh pada tahun 2034, didukung oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, yang berfokus pada pengembangan industri berteknologi tinggi, mendorong ekonomi hijau, memperkuat infrastruktur, serta memajukan pembangunan perkotaan dan pedesaan.

Konsumsi listrik per kapita yang rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain memberikan peluang yang besar bagi pertumbuhan permintaan listrik seiring dengan perkembangan pembangunan dan urbanisasi negara di Indonesia. Saat ini, konsumsi listrik per kapita di Malaysia dan Thailand 4x dan 2,5x lebih tinggi daripada di Indonesia, sedangkan konsumsi di Singapura 7x lebih tinggi. Hal ini menunjukan potensi besar bagi Indonesia untuk meningkatkan konsumsi listriknya seiring dengan meningkatnya standar hidup dan negara ini mengalami pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Permintaan Logistik

IPO CDIAFoto: IPO CDIA

Permintaan untuk liquid carriers atau kapal kargo curah cair, yang mengangkut minyak, gas, produk olahan, bahan kimia, dan komoditas cair lainnya, telah meningkat sebagai respons terhadap meningkatnya ketergantungan Indonesia pada impor untuk memenuhi kebutuhan domestiknya yang terus meningkat. Jumlah persinggahan kapal kargo curah cair menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 3,2% antara tahun 2019 dan 2024 dan diproyeksikan tumbuh pada CAGR sebesar 2,4% dari tahun 2024 hingga 2034. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan energi dan bahan bakar di Indonesia. Dalam hal jumlah persinggahan kapal, Liquid Bulk Carriers (LBC) / kapal kargo curah cair mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Dry Bulk Carriers (DBC) / kapal kargo curah kering, yang mengakibatkan meningkatnya pangsa aktivitas pengiriman secara keseluruhan.

Pada tahun 2023, LBC, yang mengangkut produk olahan, bahan kimia, dan komoditas cair lainnya, menyumbang 85% dari semua pelabuhan yang disinggahi kapal kargo curah. Pada tahun 2024, minyak mentah dan produk olahan menyumbang 64% dari total kapasitas penyimpanan kapal tanker di Indonesia, sementara produk LNG dan LPG mencakup 25%, produk kimia 6%, dan komoditas cair lainnya 4%. Akibatnya, minyak, gas, dan produk olahan telah menjadi pendorong utama permintaan pengiriman, didukung oleh CAGR sebesar 0,5% dalam permintaan Indonesia dari tahun 2019 hingga 2024 dan CAGR sebesar 7% dalam pertumbuhan volume impor/ekspor selama periode yang sama.

Selain itu, kebijakan cabotage Indonesia, yang mengharuskan hanya kapal Indonesia yang mengangkut komoditas ini di dalam negeri, memperkuat peningkatan permintaan untuk semua kapasitas kapal kargo curah cair dalam negeri.

Permintaan dan Pasokan Kepelabuhan dan Penyimpanan

IPO CDIAFoto: IPO CDIA

Indonesia memiliki banyak fasilitas penyimpanan yang tersebar di seluruh kepulauannya. Meskipun terdapat banyak terminal tangki, sebagian besar dimiliki oleh perusahaan kilang dan petrokimia besar dan hanya sedikit yang menyediakan penyimpanan independen oleh pihak ketiga. Indonesia memiliki hampir 200 terminal penyimpanan, dengan 147 dimiliki oleh PT Pertamina, yang mewakili lebih dari 60% dari total kapasitas penyimpanan di Indonesia. Sebagian besar kapasitas penyimpanan didedikasikan untuk minyak mentah dan produk minyak bumi, dengan porsi yang lebih kecil dialokasikan untuk terminal penyimpanan bahan kimia dan minyak sayur.

Sektor penyimpanan secara keseluruhan pada tahun 2024 menunjukkan ketergantungan yang signifikan pada energi dan produk minyak bumi dibandingkan dengan bahan kimia. Operator penyimpanan independen, yang hanya mencakup 10% dari total kapasitas pada tahun 2024.

Permintaan Air Bersih

IPO CDIAFoto: IPO CDIA

Berdasarkan data PDAM, permintaan air bersih melalui WTP mencapai 3,9 juta m3 atau tumbuh rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 2,8% dari tahun 2019 hingga 2024. Permintaan ini diproyeksikan akan terus tumbuh dengan CAGR sebesar 5,5% dari tahun 2024 hingga 2034.

Permintaan dari perumahan merupakan konsumen utama air bersih yang mencapai sekitar 79% pada tahun 2024. Permintaan tersebut mencapai CAGR tertinggi sebesar 3,2% antara tahun 2019 dan 2024, dengan pertumbuhan permintaan yang diproyeksikan akan terus meningkat karena meningkatnya konektivitas rumah tangga ke air bersih dan meningkatnya konsumsi per kapita. Namun, proyeksi ini juga bergantung pada pencapaian target pemerintah untuk akses rumah tangga atas air ledeng, dan perluasan urbanisasi yang berkelanjutan.

Permintaan dari pelanggan komersial dan industri jauh lebih rendah, saat ini hanya mencakup 11% dari konsumsi air ledeng. Hal tersebut disebabkan oleh sensitivitas biaya dan ketergantungan atas instalasi pengolahan air terpadu yang memanfaatkan air tanah atau air permukaan, serta keterbatasan kapasitas WTP "in-house" di dalam kawasan industri. Akibatnya, air bersih yang dipasok oleh PDAM diperkirakan hanya memenuhi 0,004% dari total permintaan air di sektor tersebut.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |