Harga Minyak Tertekan Akibat Konflik Iran-Israel

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara Iran dan Israel serta potensi keterlibatan Amerika Serikat (AS) dinilai akan menciptakan tekanan besar terhadap pasar komoditas global. Hal tersebut akan berdampak kepada harga minyak yang mengalami kenaikan.

Head of Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Dendi Ramdani menjelaskan dampak langsung telah terlihat dari pergerakan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir.

"Kalau dilihat dalam seminggu terakhir atau bahkan di akhir bulan, sebetulnya harga minyak itu mengalami penurunan, sempat di bawah US$60 per barrel. Sekarang sudah di atas US$70 dan meningkat hampir sekitar US$10 dalam seminggu terakhir karena eskalasi konflik di Timur Tengah," ujar Dendi dalam acara Squawk Box, CNBC Indonesia, Jumat (20/6/2025).

Dendi menilai, potensi kenaikan harga minyak akan terus terbuka. Pasalnya, AS masih akan berpeluang untuk terlibat langsung dengan perang antara Iran dan Israel. Dengan keterlibatan AS, negara-negara lain seperti Rusia dan China bisa terlibat secara langsung atau tidak langsung menurut Dendi.

"Kalau AS terlibat langsung, saya pikir kondisinya semakin parah karena itu juga bisa memancing negara lain untuk terlibat, seperti Rusia, China, paling tidak keterlibatan secara tidak langsung dan ini tentu akan menimbulkan problem di distribusi minyak terutama, produksinya juga dan itu bisa meningkatkan harga minyak," ujarnya.

Skenario terburuk, Dendi memproyeksikan harga minyak bisa sampai US$120-US$140. Jika e eskalasi konfliknya hanya antara Iran dengan Israel saja, harga minyak pun masih diperkirakan meningkat US$80-US$$90, masih di bawah US$100.

"Iran itu kan produksi minyaknya sekitar 3 juta barrel per hari, jadi yang jelas supply dari Iran akan terganggu, selain juga jalur distribusi di sekitaran selat Hormuz dan juga di laut merah sampai ke terusan suez. Dan itu setiap hari 12 ribu kapal lewat," ujarnya.

Dendi menilai hal tak hanya produksi minyak yang terganggu, tetapi juga barang barang lain. Hal tersebut dampak berdampak kepada peningkatan inflasi global.

"Karena kemudian mereka harus muter ke selatan Afrika, itu perlu waktu 3 minggu untuk muter ke sana, dan itu juga akan berdampak kepada peningkatan inflasi," ujarnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Tertekan, Trump & Putin Mau Atur Ulang Pasar Global

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |