Jakarta, CNBC Indonesia - Turki kini menemukan "emas" baru di Laut Hitam. Warnanya merah muda, tak seperti emas kebanyakan.
Namun emas ini sebenarnya hanya hiasan. Ini ditujukan untuk ikan trout pelangi (oncorhynchus mykiss) dari perairan itu.
Setidaknya ini dirasakan Tayfun Denizer. Ikan trout telah membuatnya menjadi orang kaya.
"Ekspor kami melonjak dari US$500.000 (Rp 8,2 miliar) pada tahun 2017 menjadi US$86 juta tahun lalu, dan ini baru permulaan," kata Denizer, manajer umum Polifish, salah satu produsen utama di Laut Hitam yang dipasarkan sebagai "salmon Turki".
Sebenarnya sekitar satu dekade lalu, produksi ikan trout, yang di Turki hampir secara eksklusif dibudidayakan untuk ekspor, telah meledak seiring dengan permintaan global terhadap salmon. Ini terjadi meskipun ada kritik terhadap akuakultur intensif yang diperlukan untuk membudidayakannya.
Tahun lalu, negara itu mengekspor lebih dari 78.000 ton ikan trout yang dibesarkan di perairan Laut Hitam utara yang lebih dingin. Angka ini 16 kali lebih tinggi daripada tahun 2018.
Itu pun mendatangkan hampir US$498 juta bagi produsen Turki. Namun ini masih jauh dari US$12,8 miliar yang dijaring oleh raksasa salmon dan ikan trout Norwegia pada tahun yang sama.
Rusia,menyumbang 74,1% dari ekspor "salmon Turki", diikuti oleh Vietnam dengan 6 % , dan kemudian Belarus, Jerman, dan Jepang. Rusia sendiri melarang salmon Norwegia pada tahun 2014 setelah Barat menjatuhkan sanksi atas aneksasinya atas Krimea.
Sementara itu, seorang antropolog di Universitas Bergen Norwegia dan seorang spesialis penangkapan ikan Laut Hitam, Stale Knudsen, mengatakan Rusia menawarkan "pasar yang tersedia dan mudah diakses, dekat Turki". Baginya, "keberhasilan spektakuler" ikan trout juga berkat pengalaman Turki dan teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan kerapu dan ikan air tawar, bidang yang menjadi keunggulan Turki di Eropa.
Produsen Turki juga diuntungkan oleh banyaknya waduk di negara itu, tempat ikan dibesarkan selama beberapa bulan sebelum dipindahkan ke Laut Hitam. Di sana, suhu air, yang tetap di bawah 18 derajat Celsius (64,4 Fahrenheit) antara Oktober dan Juni, memungkinkan ikan mencapai berat 2,5 hingga 3,0 kilogram (5,5-6,6 pon) saat dipanen.
"'Salmon' kami sekitar 15 hingga 20% lebih murah daripada salmon Norwegia," kata wakil manajer umum Akerko, perusahaan besar di sektor ini yang terutama mengekspor ke Jepang dan Rusia, Ismail Kobya.
"Spesiesnya mungkin berbeda, tetapi dalam hal rasa, warna, dan kualitas daging, ikan kami lebih unggul daripada salmon Norwegia, menurut klien kami di Jepang," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Turki Melandai Jadi 42,1% pada Januari 2025