Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Iran-Israel berubah drastis setelah Amerika Serikat (AS) ikut campur dengan menyerang situs-situs nuklir utama Tehran, yakni Fordow, Isfahan, dan Natanz. Dunia kini bersiap menhjadapi respons Iran, pasalnya serangan Washington merupakan aksi militer Barat terbesar terhadap Republik Islam tersebut sejak revolusi tahun 1979.
Teheran sejauh ini belum menindaklanjuti ancamannya untuk membalas AS. Namun, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, mengatakan negaranya akan mempertimbangkan semua kemungkinan respons di mana tidak akan ada jalan kembali ke jalur diplomasi sampai mereka membalas.
Merujuk laporan ANI, dikutip Senin (23/6/2025), analis geopolitik dan keamanan Michael A. Horowitz, mengatakan pilihan balas dendam Teheran saat ini setidaknya merujuk ke tiga tindakan. Pertama menyerang aset AS, lalu menutup Selat Hormuz yang merupakan jalur penting bagi perdagangan minyak dunia, dan ketiga menyerang fasilitas energi di Teluk, yang menjadi tempat beberapa pangkalan militer AS.
Hal sama juga dikhawatirkan pakar urusan luar negeri asal India Sushant Sareen. Ia mengatakan jika Iran menyerang pangkalan AS di negara lain, maka Amerika juga akan membalas, ini menciptakan perang yang makin luas.
"Banyak dari negara-negara itu akan melihatnya sebagai serangan terhadap diri mereka sendiri, yang dapat menyebabkan perang yang semakin meluas," katanya masih dimuat laman yang sama.
Sareen pun mengatakan bahwa jika Iran memblokir Selat Hormuz, tempat hampir seperlima minyak dunia lewat, itu akan berdampak global. Dampak ekonomi akan memengaruhi semua negara.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dengan tegas mengatakan bahwa langkah untuk menutup selat itu akan menjadi eskalasi besar-besaran yang akan membutuhkan respons dari AS dan negara lain. Rubio bahkan meminta China untuk mempengaruhi Iran, mengingat Beijing adalah pembeli minyak utama Teheran.
Sejak Israel memulai kampanye militernya melawan Iran pada tanggal 13 Juni, beberapa pihak di Teheran telah mengemukakan prospek penarikan diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) untuk menandakan tekad Iran untuk mempercepat pengayaan. Tetapi para ahli mengatakan hal itu akan mewakili eskalasi yang cukup besar dan kemungkinan akan memicu tanggapan yang kuat dari Washington.
(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Baru Arab di Depan Mata, Israel Ancam Negara Ini Bakal Tamat