Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Amerika Serikat (AS) berupaya menggagalkan rencana peluncuran taksi otomatis (robotaxi) milik Tesla di Austin. Proyek ambisius Elon Musk itu tadinya direncanakan meluncur pada 22 Juni 2025.
Namun, otoritas setempat meminta Tesla menunda niatannya. Permintaan tersebut berasal dari sekelompok anggota parlemen Demokrat di Texas. Dalam suratnya, mereka meminta penundaan hingga September mendatang, saat undang-undang pengemudi otonom baru berlaku.
Sebagai informasi, aturan yang ada sekarang mengizinkan perusahaan kendaraan otonom mengoperasikan kendaraannya di mana saja di Texas. Hanya saja, kendaraan harus memenuhi syarat pendaftaran dan asuransi dasar.
Ke depan, aturan akan diubah. Undang-undang terbaru mewajibkan perusahaan mengajukan izin beroperasi. Aturan tersebut telah disahkan badan legislatif di Texas bulan lalu, namun belum ditandatangani gubernur setempat.
Mereka meminta adanya informasi terperinci jika Tesla tetap memutuskan meluncurkan robotaxi bulan ini. Yakni terkait cara perusahaan mematuhi aturan tersebut, dikutip dari Reuters, Kamis (19/6/2025).
Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait surat tersebut.
Reuters juga menuliskan tidak jelas seberapa besar dampak surat anggota parlemen Demokrat untuk wilayah yang jabatan gubernur dan mayoritasnya dipegang oleh Partai Republik.
Proyek robotaxi sudah jadi impian Musk sejak lama. Dia pernah mengatakan Tesla akan mengoperasikan 1 juta kendaraan robotaxi pada 2020, namun tidak jadi kenyataan. Terbaru, dia menjanjikan akan meluncurkan robotaxi di Austin Texas akhir bulan ini. Musk mengungkapkan telah menguji kendaraan Model Y tanpa supir cadangan beberapa waktu lalu.
Bahkan Tesla telah menyiapkan 10 kendaraan dalam tahap awal peluncuran layanan. Kemudian memperluasnya hingga ribuan unit dan membuka layanan serupa ke lebih banyak kota jika peluncuran sukses.
Demo Tolak Robotaxi Tesla
Sebelumnya, masyarakat setempat juga menggelar demo untuk mengungkapkan penolakan terhadap robotaxi Tesla yang bisa membawa 'kiamat' bagi profesi driver online. Pemicu utamanya karena sistem pengemudian otomatis Tesla dianggap tidak aman dan perusahaan tidak transparan.
Para advokat keselamatan publik dan pendemo lainnya mengaku kecewa dengan keterlibatan CEO Tesla Musk dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Meski hubungan keduanya sempat renggang, namun masyarakat tetap menunjukkan penolakan terhadap perusahaan Musk.
Para pendemo berkumpul bersama di area downtown Austin pada Kamis (12/6) pekan lalu untuk mengekspresikan kekhawatiran mereka terkait peluncuran robotaxi, dikutip dari CNBC International.
Anggota gerakan perlawanan terhadap Musk, seperti 'Down Project', 'Tesla Takedown', dan 'Resist Austin', mengatakan sistem pengemudian otomatis sebagian milik Tesla memiliki masalah keamanan serius.
Sebagai informasi, Tesla menjual mobilnya dengan paket standar 'Autopilot' yang membantu pengemudian otomatis bagi pengendara. Selain itu, ada juga paket premium yang dinamai 'Full Self-Driving' (FSD) yang meliputi fitur penjagaan jalur otomatis, kemudi, dan parkir.
Namun, sistem FSD itu sudah terlibat di banyak insiden tabrakan, termasuk puluhan yang masuk kategori fatal, menurut data yang dicatat Lembaga Keamanan Lalu Lintas Nasional (NHTS).
Sementara itu, robotaxi Tesla yang dipamerkan Musk dalam klip video di X pada pekan lalu, memperlihatkan versi baru dari kendaraan populer Model Y milik Tesla yang dilengkapi software FSD teranyar.
Sistem FSD tanpa supervisi manusia tersebut, atau teknologi robotaxi, belum tersedia untuk publik saat ini.
Kritikus Tesla di The Dawn Project embawa versi Model Y dengan software FSD yang relatif baru (versi 13.2.9) untuk menunjukkan kepada masyarakat Austin cara kerjanya.
Dalam demonstrasinya pada pekan lalu, mereka menunjukkan bagaimana Tesla dengan FSD melaju kencang melewati sebuah bus sekolah dengan rambu berhenti dan menabrak manekin seukuran anak-anak yang mereka letakkan di depan kendaraan tersebut.
Sebagai informasi, CEO Dawn Project Dan O'Dowd yang juga mengelola Green Hiils Software, menjual teknologinya ke kompetitor Tesla seperti Ford dan Toyota.
Stephanie Gomez yang juga menjadi peserta demo mengatakan kepada CNBC International bahwa ia tak suka dengan peran Musk di pemerintahan Trump. Ia juga mengatakan tak percaya pada standar keamanan Tesla.
Lebih lanjut, Gomez mengklaim Tesla tak transparan kepada masyarakat terkait cara kerja robotaxi yang akan diluncurkan di Austin dalam beberapa waktu ke depan.
Pendemo lainnya, Silvia Revelis, juga mengatakan menentang sikap dan aktivitas politik Musk. Namun, alasan terbesarnya ikut demo adalah tak percaya dengan keamanan Tesla.
"Masyarakat belum mendapatkan hasil pengujian keamanan. Musk percaya posisinya ada di atas hukum," kata dia.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Terkaya Dunia Elon Musk Mau Tambah Kaya, Taktiknya Terungkap