Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) mengklaim berhasil menyerang tiga fasilitas nuklir utama di Iran pada Sabtu (21/6) lalu. Masing-masing adalah Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Bahkan, dalam pidato Presiden AS Donald Trump pada Minggu (22/6), pusat nuklir di Fordow dikatakan lenyap. Kendati demikian, citra satelit mengungkap penangkapan Fordow mengalami kerusakan, tetapi tidak sehancur yang digembar-gemborkan Trump.
Otoritas Iran juga menyebut tidak ada dampak signifikan dari serangan AS di fasilitas Fordow. Sebanyak 400 kilogram uranium di dalamnya dikatakan sudah lebih dulu dipindahkan sebelum serangan terjadi.
Dalam serangan tersebut, militer AS menggunakan jet tempur B-2 Bomber. Menurut laporan New York Post, jet siluman pembawa bom pemusnah bunker nuklir tersebut memiliki fasilitas mewah.
Foto: via REUTERS/U.S. Air Force
A U.S. Air Force B-2 Spirit stealth bomber returns from Operation Midnight Hammer, the U.S. attack on Iran's nuclear facilities, at Whiteman Air Force Base, Missouri, U.S. June 2025. U.S. Air Force/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY
Di dalamnya tersedia toilet, mengingat penerbangan dari bolak-balik dari Missouri ke Iran memakan waktu hingga 37 jam, dikutip dari New York Post, Selasa (24/6/2025).
Jet tersebut bertolak dari Pangkalan Udara Whiteman di luar Kansas City, AS, pada Jumat (20/6), selama 18 jam menuju Iran. Beberapa kali jet harus mengisi bahan bakar di tengah perjalanan.
B-2 Bomber merupakan jet canggih yang dirancang khusus untuk menjatuhkan bom nuklir di era Uni Soviet.
Bukan cuma toilet, para pilot yang harus menempuh perjalanan 37 jam juga bisa mengakses makanan dan camilan yang disimpan di dalam kulkas. Ada juga microwave untuk menghangatkan makanan.
Bahkan, ada satu kamar untuk pilot yang ingin istirahat sejenak sembari pesawat dikendalikan oleh pilot lainnya.
Jet B-2 pertama kali dioperasikan pada 1997 dan memakan biaya hingga US$2 miliar (Rp32 triliun) per unit. Angkatan Udara AS memiliki 19 unit jet B-2, setelah 1 hancur tabrakan pada 2008 silam.
Dengan lebar sayap 172 kaki dan awak hanya dua pilot, jet B-2 mengandalkan otomatisasi untuk membantu menyelesaikan penerbangan jarak jauh.
Tujuh pesawat pengebom B-2 yang dikerahkan untuk Operasi Midnight Hammer terbang dalam keheningan radio yang nyaris sempurna, dengan dua awaknya bergantian tidur selama malam yang menegangkan itu, demikian dilaporkan Telegraph.
Jet B-2 tidak bekerja sendiri dalam misinya menghancurkan pusat nuklir Iran. Armada jet tempur lainnya dikerahkan untuk bertemu jet B-2 saat sudah mendekat ke wilayah Iran.
"Jet B-2 terhubung dengan pesawat pengawal dan pendukung dalam manuver yang rumit dan tepat waktu yang membutuhkan sinkronisasi tepat di berbagai platform di wilayah udara yang sempit. Semuanya dilakukan dengan komunikasi minimal," kata Letnan Jenderal Daniel Caine, ketua Kepala Staf Gabungan, dalam sebuah pernyataan.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serangan Susulan Muncul Usai Ledakan di Pelabuhan Terbesar