Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara global terus melonjak seiring tingginya permintaan, terutama dari negara maju. Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (23/6/2025) ditutup di US$ 112,95 per ton atau menguat 0,62%.
Artinya, harga batu bara sudah melaju di zona positif selama sembilan hari terakhir. Laju ini adalah yang terbaik sejak akhir April hingga awal Mei 2025. Harga batu bara terus melonjak karena menjadi bahan bakar alternatif yang lebih murah di tengah pesaing utamanya, gas alam cair (LNG) ataupun minyak mentah.
Ancaman terhadap pengiriman minyak mentah dan bahan bakar olahan melalui Selat Hormuz menjadi perhatian utama bagi pihak-pihak yang khawatir akan dampak lanjutan dari konflik antara Israel, Amerika Serikat, dan Iran.
Kenaikan harga batu bara terjadi seiring dengan seruan badan perencana negara China kepada pengelola pembangkit listrik untuk mengisi kembali stok batu bara domestik sebesar 10% guna memanfaatkan harga yang lebih rendah.
Tidak hanya China, kenaikan harga batu bara juga disebabkan oleh Jerman. Negara ini diproyeksikan akan menambah kapasitas energi dari pembangkit listrik batu bara. Hal ini disebabkan oleh tingkat angin yang rendah sepanjang kuartal I-2025.
Produksi listrik dari pembangkit berbasis energi terbarukan di Jerman turun 17% untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Di sisi lain, pembangkit dari sumber bahan bakar fosil telah meningkat secara signifikan dari segi produksi.
Di tengah pergolakan harga batu bara dan potensi kenaikan permintaan dunia, VP Investor Relations & Chief Economist BUMI Resources, Achmad Reza Widjaja menyatakan, pihaknya tetap fokus pada level produksi yang sudah ditargetkan sesuai acuan. Sebagai produsen, BUMI pun berupaya memenuhi target produksinya sepanjang tahun ini. Reza menegaskan perusahaan juga berupaya mendapatkan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) tahap berikutnya demi kepastian bisnis.
"Sampai saat ini target jangka pendek dan menengah (BUMI) masih bertumpu pada acuan yang ada," terang Reza kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Sebagai informasi, BUMI menargetkan produksi batu bara sebesar 78-80 juta ton pada 2025. Dia optimistis target ini dapat terpenuhi selama kondisi cuaca di area pertambangan tetap normal. BUMI juga memastikan kegiatan ekspor batu bara terus berjalan sepanjang tahun ini, sekalipun harga batu bara berisiko mengalami volatilitas pada waktu tertentu. Terlebih lagi, BUMI telah mengamankan sebagian besar ekspor batu bara ke negara lain.
"Sebagian besar ekspor berada dalam kontrak, dan kami terus mengupayakan seperti itu," tandas dia.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Naik Tajam, Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Melonjak 45,5% di 2024