Pandangan Bos OJK Soal Dampak Perang Israel, AS, dan Iran ke IHSG

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia — Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menilai gejolak geopolitik global masih berlangsung dan memberi tekanan pada pasar, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi pelaku pasar kini dinilai sudah lebih matang dalam mencerna kondisi tersebut sehingga tidak lagi bereaksi secara panik.

Mahendra menyebut ketidakpastian global, instabilitas geopolitik, dan pergerakan dana yang tidak terprediksi masih menciptakan volatilitas pasar. Perang di Ukraina belum usai, konflik Gaza tidak membaik, kini ditambah risiko dari ketegangan antara Iran dan Israel.

Selain itu, perang dagang yang terus berlanjut menunjukkan bahwa kondisi objektif belum banyak berubah. Meski begitu, intensitas risiko dari berbagai konflik tersebut bisa meningkat dan berdampak pada pasar.

Menurutnya, perbedaan signifikan saat ini terletak pada kemampuan pelaku pasar untuk mencerna risiko secara lebih realistis. Investor tidak lagi melihat gejolak global dengan kepanikan, melainkan dengan kalkulasi yang lebih matang terhadap langkah yang perlu diambil.

"Sehingga perilaku yang dimunculkan dari kemampuan yang sudah bisa mencerna perkembangan tadi itu, mewujudkan suatu tingkat yang lebih stabil atau lebih pasti di dalam aktivitas dalam hal ini tadi disebutkan pergerakan IHSG misalnya atau hal-hal lain, nilai tukar dan juga beberapa indikator lain," kata Mahendra dalam acara Power Lunch, Economic Update CNBC Indonesia, Selasa, (24/6/2025).

Meski pasar lebih stabil, OJK tetap menyiapkan langkah antisipatif jika volatilitas kembali meningkat. Salah satunya adalah kebijakan auto halt yang tetap diaktifkan jika terjadi goncangan harga yang terlalu cepat ke bawah.

Selain itu, OJK masih membatasi praktik short selling untuk menjaga stabilitas pasar. Di sisi lain, OJK mendorong kehadiran investor institusional seperti dana pensiun, asuransi, dan lembaga BUMN untuk memperkuat struktur pasar modal.

"Kami mendorong untuk munculnya IPO ataupun penjualan perdana saham yang dilakukan dengan besaran saham untuk publik, floating share yang lebih besar. Jadi dengan begitu memberikan ruang lebih besar kepada kepemilikan publik dan likuiditas di pasar," jelas Mahendra.

Dari inisiatif tersebut, OJK melihat adanya tanda-tanda positif yang terlihat dari peningkatan jumlah investor individu berdasarkan Single Investor Identification (SID). Namun, OJK juga menekankan pentingnya peningkatan peran investor institusional untuk menopang pertumbuhan pasar.

Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (25/6/2025). Penguatan ini terjadi setelah sebelumnya IHSG dalam tren penurunan seiring sentimen perang Iran-Israel.

Akan sekitar 30 menit setelah dibuka, IHSG merosot ke zona merah dan akhirnya ditutup turun turun 0,44% ke level 6.838,72 pada sesi I.

Adapun setelah Israel menyerang Iran, IHSG dibuka turun 0,68% pada Senin (16/6/2025). Tren penurunan terus berlanjut hingga akhir pekan. Setelah AS ikut menyerang Iran, penurunan IHSG semakin dalam, yakni 1,74% pada Senin (23/6/2025). Dengan demikian dalam selama Timur Tengah memanas, IHSG sudah turun 4,61%.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pelaku Pasar Modal Solid, IHSG Langsung Terbang 4%

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |