Gejala Alergi Sperma yang Tak Banyak Orang Tahu, Pria Juga Bisa Kena

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski tergolong langka, alergi sperma atau hipersensitivitas plasma mani (SPH) memang dapat terjadi. Kondisi ini merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap benda asing yang seharusnya tidak berbahaya bagi tubuh.

Melansir Live Science, alergi sperma tidak dipicu oleh sel sperma, tetapi oleh protein dalam plasma mani yakni cairan yang membawa sperma.

Biasanya, wanita itu mengalami kejadian tersebut saat berhubungan seks untuk yang pertama kalinya. Kendati demikian, kadang bisa juga terjadi setelah seorang wanita berhubungan seks dengan pria yang berbeda tanpa adanya reaksi alergi.

Gejala yang bisa terjadi berupa kemerahan, bengkak, nyeri, gatal, dan sensasi terbakar pada area vagina. Beberapa di antaranya, bahkan kesulitan bernapas beberapa saat setelah berhubungan seks.

Michael Carroll, Associate Professor bidang Ilmu Reproduksi di Manchester Metropolitan University, dalam tulisannya yang dipublikasikan di The Conversation, menyebut bahwa alergi sperma juga bisa dialami pria. Kondisi tersebut dikenal sebagai sindrom penyakit pascaorgasme (POIS), yang menyebabkan gejala mirip flu, seperti kelelahan, kabut otak, dan nyeri otot, setelah ejakulasi.

Kondisi ini diyakini sebagai reaksi autoimun atau alergi. Diagnosisnya sulit, tetapi uji kulit dengan sperma pria sendiri dapat menghasilkan reaksi positif.

Alergi sperma pertama kali didokumentasikan pada tahun 1967, ketika seorang wanita dirawat di rumah sakit setelah mengalami reaksi alergi hebat terhadap seks.

Alergi sperma kini dikenal sebagai hipersensitivitas tipe 1, kategori yang sama dengan demam serbuk sari, alergi kacang, dan bulu kucing.

Adapun gejala yang dialami berkisar dari ringan hingga berat. Beberapa wanita mengalami reaksi lokal seperti, rasa terbakar, gatal, kemerahan, dan pembengkakan pada vulva atau vagina. Serta yang lain mengalami gejala di seluruh tubuh yakni gatal-gatal, mengi, pusing, pilek, dan bahkan anafilaksis, respons imun yang berpotensi mengancam jiwa.

Hingga tahun 1997, alergi sperma diperkirakan hanya menyerang kurang dari 100 wanita di seluruh dunia. Namun, sebuah penelitian yang dipimpin oleh ahli alergi Jonathan Bernstein menemukan bahwa di antara wanita yang melaporkan gejala pasca-koitus, hampir 12% dapat digolongkan sebagai wanita yang mungkin mengalami alergi sperma.

Hubungan alergi sperma dan kesuburan

Seseorang yang mengalami alergi sperma tidak secara langsung menyebabkan infertilitas, tetapi dapat mempersulit hamil. Menghindari alergen yang biasanya merupakan pengobatan paling efektif untuk alergi tidak memungkinkan bagi pasangan yang ingin hamil.

Pengobatan meliputi antihistamin profilaksis (obat antihistamin yang diminum sebelum paparan alergen yang diantisipasi, atau sebelum gejala alergi diperkirakan muncul untuk mencegah atau mengurangi keparahan reaksi alergi), antiperadangan, dan desensitisasi menggunakan plasma mani yang diencerkan.

Pada kasus yang lebih parah, pasangan dapat memilih IVF dengan sperma yang telah dicuci, sehingga sama sekali tidak memicu alergi.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |