Jakarta, CNBC Indonesia - Para ekonom dunia telah memperingatkan pertumbuhan global di bawah tekanan guncangan kebijakan perdagangan dan disrupsi Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan.
Mengutip situs resmi we forum, mayoritas ekonom yang disurvei melihat kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) saat ini memiliki dampak global yang berkelanjutan, dengan 87% memperkirakan bahwa kebijakan tersebut akan menunda keputusan bisnis strategis dan meningkatkan risiko resesi.
Prospek pertumbuhan terbagi, dengan prospek yang lemah di Amerika Utara, ketahanan di Asia Pasifik, dan optimisme yang hati-hati di Eropa.
Selanjutnya, 86% kepala ekonom memperkirakan peningkatan pinjaman pemerintah. Hal itu memicu kekhawatiran utang publik meningkat seiring dengan meningkatnya belanja pertahanan.
Di sisi lain, kecerdasan buatan diperkirakan akan mendorong pertumbuhan, tetapi 47% menyebabkan risiko hilangnya pekerjaan.
Direktur Pelaksana World Economic Forum Saadia Zahidi mengatakan, para pemangku kebijakan dan pemimpin bisnis harus merespons ketidakpastian yang meningkat dan ketegangan perdagangan dengan koordinasi yang lebih baik, kelincahan strategis, dan investasi dalam potensi pertumbuhan teknologi transformatif seperti kecerdasan buatan.
"Langkah-langkah ini sangat penting untuk menghadapi tantangan ekonomi saat ini dan mengamankan ketahanan dan pertumbuhan jangka panjang," ujarnya dikutip Kamis (29/5).
Ketidakpastian global dipandang sangat tinggi oleh 82% kepala ekonom. Meskipun mayoritas kecil (56%) memperkirakan kondisi akan membaik di tahun depan, kekhawatiran tetap ada.
Hampir semua kepala ekonom atau sebanyak 97% menempatkan kebijakan perdagangan di antara area-area dengan ketidakpastian tertinggi, diikuti oleh kebijakan moneter (49%) dan kebijakan fiskal (35%). Ketidakpastian ini diperkirakan akan membebani indikator-indikator ekonomi utama, termasuk volume perdagangan (70%), pertumbuhan PDB (68%), dan investasi asing langsung (62%).
Sebagian besar kepala ekonom mengantisipasi bahwa bisnis akan merespons ketidakpastian dengan menunda keputusan-keputusan strategis, sehingga meningkatkan risiko resesi.
Keberlanjutan utang juga menjadi kekhawatiran yang meningkat, disebutkan oleh 74% responden baik untuk negara maju maupun negara berkembang. Mayoritas besar (86%) mengharapkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan belanja pertahanan yang meningkat melalui peningkatan pinjaman, yang berpotensi mengorbankan investasi di bidang layanan publik dan infrastruktur.
Kecerdasan buatan (AI) siap untuk mendorong gelombang transformasi ekonomi berikutnya, membuka potensi pertumbuhan yang signifikan tetapi juga menimbulkan risiko yang serius.
Terlepas dari potensinya, kekhawatiran tetap ada, yaitu sebanyak 47% kepala ekonom memperkirakan akan terjadi kehilangan pekerjaan bersih selama satu dekade ke depan, dibandingkan dengan hanya 19% ekonom yang memperkirakan adanya keuntungan.
Di atas semua itu, responden menyoroti penyalahgunaan AI untuk disinformasi dan destabilisasi masyarakat sebagai risiko utama bagi perekonomian. Risiko utama lainnya termasuk meningkatnya konsentrasi kekuatan pasar dan gangguan terhadap model bisnis yang ada.
Untuk memanfaatkan potensi AI sepenuhnya, para kepala ekonom menekankan perlunya tindakan tegas dari pemerintah dan bisnis. Bagi pemerintah, prioritas utama termasuk berinvestasi dalam infrastruktur AI, mempromosikan adopsi di seluruh industri utama, memfasilitasi mobilitas talenta AI, dan berinvestasi dalam peningkatan keterampilan dan penempatan kembali.
Untuk bisnis, fokusnya adalah mengadaptasi proses inti untuk mengintegrasikan AI, meningkatkan keterampilan karyawan, dan melatih kepemimpinan untuk mengarahkan transformasi yang digerakkan oleh AI.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ambisi China Rebut Posisi Terdepan Dalam 'Robot Manusia'
Next Article Membangun Optimisme Program Asta Cita Prabowo-Gibran