Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia tengah menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang signifikan, dengan sektor industri padat karya seperti tekstil, garmen, elektronik, dan makanan cepat saji menjadi yang paling terdampak.
Hingga awal tahun 2025, Indonesia telah menghadapi gelombang besar PHK dengan jumlah pekerja yang terdampak mencapai sekitar 60.000 orang pada dua bulan pertama tahun ini. Data ini diperoleh dari laporan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). KSPI juga mencatat bahwa PHK terjadi di 50 perusahaan, termasuk 15 di antaranya yang dinyatakan pailit.
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) melaporkan bahwa pada Januari dan Februari 2025, sekitar 40.000 pekerja mengalami PHK, dengan konsentrasi terbesar di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Tangerang. Data ini diperoleh dari jumlah pekerja yang mencairkan BPJS Ketenagakerjaan, baik melalui JHT maupun JKP.
Kini industri perhotelan terancam sama akan mengalami badai PHK.
Berdasarkan hasil survei terbaru yang dilakukan Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Khusus Jakarta (BPD PHRI DK Jakarta) pada April 2025 terhadap anggotanya, dihasilkan bahwa 96,7% hotel melaporkan terjadinya penurunan tingkat okupansi sepanjang kuartal I 2025.
Dari hasil survei tersebut, dinyatakan bahwa sebanyak 70% responden dalam survei BPD PHRI DK Jakarta menyatakan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut tanpa adanya intervensi kebijakan yang mendukung sektor pariwisata dan perhotelan, mereka akan terpaksa melakukan pengurangan jumlah karyawan. Hal itu dikatakan Ketua BPD PHRI DK Jakarta, Sutrisno Iwantono, dalam konferensi pers PHRI, pada Senin (26/5/2025) lalu.
Menurut Sutrisno, kini industri hotel dan restoran tengah menghadapi tekanan berat dari berbagai sisi dengan tekanan dari sisi pendapatan dan biaya yang tidak seimbang, banyak pelaku usaha mulai mengambil langkah-langkah antisipatif.
Menurut hasil survei, responden memprediksi akan melakukan pengurangan karyawan sebanyak 10% hingga 30%. Selain itu, 90% responden berpotensi bakal melakukan pengurangan daily worker, dan 36,7% responden akan melakukan pengurangan staf. Padahal jika menilik data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2023 terdapat lebih dari 603 ribu tenaga kerja yang bergantung pada sektor akomodasi dan makanan-minuman di Jakarta. Industri hotel dan restoran selama ini berkontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah Jakarta dengan rata-rata sumbangan sekitar 13%.
Jika kondisi ini terus terjadi, maka penurunan kinerja sektor ini juga membawa efek domino terhadap sektor lain seperti UMKM, petani, pemasok logistik, dan pelaku seni-budaya, mengingat eratnya keterkaitan rantai pasok dan ekosistem industri pariwisata.
Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan jumlah hotel di Indonesia dari 2023 ke 2024 sebesar 11%. Jika potensi penurunan okupansi terjadi, hal ini dapat berpotensi berkurangnya jumlah hotel di Tanah Air akibat kebangkrutan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)