Jakarta, CNBC Indonesia - Jakarta Scholars Symposium (JSS) kembali digelar untuk mempertemukan para inovator muda Indonesia dalam forum yang mendorong lahirnya solusi berbasis riset terhadap berbagai tantangan lokal maupun global. Simposium ini melanjutkan tradisinya sebagai wadah pertukaran ide dan kolaborasi antara pelajar, peneliti, dan akademisi dari Indonesia dan dunia.
JSS 2025 menghadirkan 11 siswa terpilih yang mempresentasikan hasil riset mereka dalam berbagai isu penting, mulai dari ilmu sosial, pengelolaan sampah, pendidikan, kebudayaan, hingga pembangunan kota. Simposium ini menjadi ruang vital bagi para cendekia muda untuk menyuarakan ide-ide segar yang mampu memberikan kontribusi bagi masa depan.
Salah satu pembicaranya, Walter Kusuma dengan presentasi berjudul "After the Bin" menyoroti persoalan krisis sampah di ibu kota dan bagaimana peran aktif dunia usaha dapat mendorong transisi menuju ekonomi sirkular. Melalui risetnya, Walter mengangkat fakta bahwa Jakarta menghasilkan limbah dalam jumlah besar, namun sistem pengelolaannya belum mampu mengalihkan atau mengolah sebagian besar sampah tersebut secara efektif.
Tidak sedikit masyarakat yang menganggap pemilahan sampah sebagai hal yang sia-sia dan dipandang tidak efisien, mahal, memakan waktu, atau percuma karena semua sampah akan berakhir di tempat yang sama. Walter ingin mengubah cara pandang ini.
Menurutnya, memilah sampah secara tepat dapat mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan kebersihan, menekan biaya pengelolaan limbah, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi sirkular. Sebaliknya, jika pemilahan tidak dilakukan, akan terjadi peningkatan volume sampah di TPA, pencemaran limbah daur ulang, serta beban biaya dan kerusakan lingkungan yang lebih besar.
Untuk menjawab tantangan ini, Walter mengajukan ide agar sektor bisnis turut ambil peran dengan menerapkan praktik pemilahan sampah yang terstruktur. Ketika dijalankan dengan baik, pendekatan ini tidak hanya mendukung tujuan-tujuan lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi.
Risetnya menunjukkan bahwa pemilahan sejak dari sumber dapat menekan polusi, menjaga kelestarian sumber daya, serta membuka peluang baru di sektor daur ulang. Lebih dari itu, langkah ini juga memperkuat ketahanan iklim, mendorong inovasi, dan membentuk perilaku konsumsi yang lebih bijak.
Dengan mengintegrasikan praktik bisnis dan tujuan pembangunan berkelanjutan, Walter membayangkan masa depan di mana limbah tidak lagi menjadi beban, melainkan sumber daya untuk perubahan yang berdampak.
Siswa lainnya, yakni Justin Tjitra, Gracelyn Atmadja, Vincent Tjoa, Ronald Tranggono, Amanda Widjanarko, Kristopher Gondokusumo, Alvernia Liu, Kayson Sunjoto, Misha Oen, dan Kay Hartono masing-masing mengangkat topik seputar biofuel, isu sosial, reformasi pendidikan, kajian budaya, hingga pembangunan kota.
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Peneliti Muda Ini Beberkan Pentingnya Pengelolaan Sampah dari Rumah
Next Article Kisah Aguan, Filantropis yang 'Turun Gunung' Bantu Warga