-
Pasar keuangan pada kemarin bergerak beragam. IHSG dan Rupiah ditutup menguat, tetapi obligasi dijual investor.
-
Wall Street berakhir beragam, Nasdaq melemah sementara S&P dan Dow Jones menguat
-
Sentimen pasar hari ini banyak yang positif dari internal, tetapi masih waspada risiko volatilitas akibat yield UST yang terus naik serta realisasi APBN 2025 periode April
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan kemarin Kamis (22/5/2025) kompak bergerak hijau.
Pasar keuangan hari ini diharapkan bisa melanjutkan tren positifnya dengan kompak menguat. Selengkapnya mengenai sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Kamis 922/5/2025) ditutup naik 0,34% atau 24,52 poin ke level 7.166,98. Sebanyak 294 naik, 306 turun, dan 207 tidak bergerak.
Nilai transaksi kemarin mencapai Rp 13,83 triliun yang melibatkan 21,89 miliar saham dalam 1,38 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun naik menjadi Rp 12.448,09 triliun.
Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor berada di zona hijau. Industri memimpin penguatan dengan kenaikan 0,81%. Lalu diikuti oleh bahan baku 0,77% dan konsumer non-primer 0,5%.
Sejumlah saham BUMN dan konglomerat menjadi penggerak utama IHSG kemarin. Saham konglomerat PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang melesat 10,2% kemarin berkontribusi 6,23 indeks poin.
Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga terus menguat setelah Bank Indonesia memutuskan memangkas suku bunga acuan. BBRI kemarin naik 0,94% dan menyumbang 6,11 indeks poin.
Penggerak terbesar ketiga IHSG kemarin adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang harga sahamnya terus merangkak naik menjelang Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Kemarin, saham TLKM naik 2,55% dan menyumbang 5,7 indeks poin terhadap penguatan IHSG.
Beralih ke nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin kembali menguat terhadap dolar AS. Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda berakhir di posisi Rp16.325/US$ atau menguat 0,4% dalam sehari.
Sementara indeks dolar AS (DXY) naik tipis 0,06% pada kemarin sampai pukul 15:00 WIB ke angka 99,62. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya (21/5/2025) yang berada pada posisi 99,56.
Nilai tukar dolar AS melemah ke posisi terendah dalam dua minggu terhadap yen Jepang, dipicu oleh kekhawatiran fiskal yang meningkat dan hasil lelang obligasi Treasury AS bertenor 20 tahun yang kurang memuaskan.
Situasi ini diperparah oleh pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody's, serta proposal Presiden Donald Trump untuk pemotongan pajak dan peningkatan belanja yang diperkirakan akan menambah utang nasional sebesar US$3,8 triliun dalam dekade mendatang.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen soal Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2025 yang mencatat defisit US$ 800 juta ini lebih baik dibandingkan posisi defisit NPI pada kuartal I-2024 sebesar US$ 6 miliar.
Perbaikan dari sisi transaksi berjalan ini setidaknya dapat memberikan sentimen positif yang dapat mendorong rupiah.
Sementara itu dari pasar surat utang malah bergerak beda arah dibandingkan rupiah dan IHSG. Mengutip data Refinitiv, sampai penutupan kemarin, yield obligasi tenor 10 tahun naik 2,5 basis poin (bps) menjadi 6,84%.
Perlu dipahami pada pergerakan surat utang, yield dan harga itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield naik, maka harga sedang turun, ini artinya pada kemarin investor mulai menjual obligasi.
Aksi jual obligasi ini juga menandai tren hijau yang berakhir setelah berjalan selama empat hari beruntun. ,
Pages