Minyak Dunia Tertekan Dolar dan Bayang-Bayang Banjir Pasokan OPEC+

8 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak mentah dunia kembali meluncur turun di akhir pekan ini, penyebabnya ada dua faktor utama, penguatan dolar Amerika Serikat dan potensi penambahan produksi dari OPEC+ dalam waktu dekat. Sentimen pasar semakin tertekan setelah laporan menyebutkan bahwa para produsen besar minyak tengah membuka ruang untuk kembali mengguyur pasar dengan pasokan tambahan.

Melansir dari Refinitiv, minyak Brent untuk pengiriman Juli ditutup melemah ke level US$64,01 per barel pada Jumat (23/5/2025), sementara West Texas Intermediate (WTI) jatuh ke US$60,75 per barel. Secara mingguan, Brent terkoreksi 2%, dan WTI ambles 2,7%, mencatat kinerja mingguan terburuk dalam bulan ini.

Dolar AS menjadi sorotan utama. Penguatan greenback dipicu oleh lolosnya rancangan undang-undang pemangkasan pajak dan belanja dari Presiden Donald Trump di DPR AS. Penguatan ini secara historis cenderung menekan harga komoditas global, termasuk minyak, karena membuat pembelian minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.

Namun bukan hanya faktor mata uang yang menghantui pasar energi. Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa OPEC+ tengah mempertimbangkan untuk menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) mulai Juli. Meskipun belum ada keputusan resmi, diskusi internal ini sudah cukup untuk menurunkan ekspektasi harga. Sebelumnya, Reuters juga melaporkan bahwa OPEC+ berencana mempercepat pelonggaran pembatasan produksi mereka.

Tekanan makin bertambah setelah laporan pekan ini mengonfirmasi adanya peningkatan besar dalam stok minyak mentah AS. Data dari The Tank Tiger, sebuah broker penyimpanan energi, mengindikasikan lonjakan permintaan penyimpanan minyak mentah di AS-mendekati level tertinggi sejak era pandemi COVID-19. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pasar tengah bersiap menghadapi gelombang pasokan baru yang siap masuk dalam beberapa bulan ke depan.

Pasar kini menanti rilis data jumlah rig minyak dan gas dari Baker Hughes pada Jumat malam waktu AS. Angka ini akan menjadi indikator penting untuk melihat arah produksi ke depan, terutama di tengah ketidakpastian kebijakan OPEC+ dan fluktuasi permintaan global.

CNBC Indonesia


(emb/emb)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Menguat, Dolar AS Jatuh ke Level Rp 16.200-an

Next Article Stok Minyak Mentah AS Tumpah-Tumpah, Harga Minyak Dunia Turun

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |