Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mengalami kenaikan di tengah sentimen soal pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengumumkan pelonggaran aturan pembangkit listrik.
Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara Rabu (11/6/2025) tercatat sebesar US$106,7/ton atau naik 0,8% apabila dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (10/6/2025) yang sebesar US$105,85/ton.
Kenaikan ini menjadi kabar positif setelah harga batu bara ambruk 2,4% pada Selasa.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) akan mengumumkan pada hari Rabu pelonggaran aturan era pemerintahan Joe Biden yang dirancang untuk membatasi emisi karbon dioksida, merkuri, dan polutan udara lainnya dari pembangkit listrik, sesuai janji yang dibuat oleh lembaga tersebut pada bulan Maret, menurut tiga sumber.
Pengumuman ini akan menjadi langkah kunci dalam upaya lebih luas Presiden Donald Trump untuk membatalkan regulasi lingkungan yang ia anggap sebagai hambatan tidak perlu bagi pengembangan industri dan perluasan produksi energi.
Administrator EPA, Lee Zeldin, telah menyatakan pada bulan Maret niatnya untuk mencabut sekitar tiga lusin peraturan udara dan air yang ada.
Menurut sumber, Zeldin diperkirakan akan mengumumkan pada hari Rabu pelonggaran aturan emisi karbon dioksida serta regulasi emisi merkuri dan zat beracun lainnya di udara, sementara beberapa aturan lainnya akan ditunda untuk diumumkan di kemudian hari.
EPA telah mengonfirmasi bahwa Zeldin akan membuat pengumuman kebijakan besar pada Rabu sore bersama enam anggota parlemen dari negara bagian penghasil batu bara, tetapi tidak memberikan rincian mengenai isi pengumuman tersebut.
EPA sebelumnya telah membebaskan 47 perusahaan dari peraturan pengendalian emisi merkuri dan polutan udara beracun dari pembangkit listrik tenaga batu bara selama dua tahun, menurut daftar fasilitas yang diterbitkan oleh EPA pada bulan April.
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah penutupan pembangkit listrik karena Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami lonjakan permintaan listrik yang terkait dengan pembangunan pusat data (data center) yang pesat.
Aturan emisi karbon dari pemerintahan Biden untuk pembangkit listrik semula ditujukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 1 miliar metrik ton hingga tahun 2047, dan merupakan bagian penting dari agenda yang lebih luas untuk memerangi perubahan iklim.
Sektor ketenagalistrikan menyumbang hampir seperempat dari total emisi gas rumah kaca di Amerika Serikat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)