Batu Bara Membara Lagi, Dekati US$ 110

20 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali menguat ditopang kabar dari India. Rencana India memperbanyak penggunaan gas alam cair India belum mampu sehingga India tidak bisa mengganti batu bara sebagai sumber energi dalam waktu dekat.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara Kamis (12/6/2025) tercatat sebesar US$107,5/ton atau naik 0,75% apabila dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (11/6/2025) yang sebesar US$106,7/ton.

Dikutip dari worldcoal.com, Laporan terbaru dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menyimpulkan bahwa gas alam cair (LNG) tidak mungkin menggantikan peran batu bara di sektor-sektor utama pengguna batu bara di India, khususnya sektor pembangkit listrik.

Meski LNG sering disebut sebagai "bahan bakar jembatan" menuju transisi energi bersih, realitas di lapangan menunjukkan bahwa biaya yang tinggi dan keterbatasan pasokan menjadikannya tidak kompetitif dibanding batu bara, terutama di pasar negara berkembang seperti India.

Sektor pembangkit listrik, yang menyumbang sekitar 70% dari konsumsi batu bara di India, justru mengalami penurunan drastis dalam kontribusi listrik berbasis gas, dari 13% pada tahun fiskal 2010 menjadi kurang dari 2% pada tahun fiskal 2025.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya harga LNG impor, yang pada tahun fiskal 2024 tercatat sembilan kali lebih mahal daripada batu bara domestik, dan dua kali lebih mahal dari batu bara impor dari Indonesia.

Akibatnya, banyak pembangkit listrik tenaga gas di India tidak beroperasi secara optimal; sekitar 32% kapasitasnya (8 GW) hampir tidak digunakan, bahkan sebagian telah dinonaktifkan.

IEEFA juga mencatat bahwa pertumbuhan energi terbarukan jauh lebih signifikan dalam bauran energi India. Pangsa energi terbarukan telah naik menjadi 12%, empat kali lipat dibandingkan dekade sebelumnya.

Selain itu, pengembangan teknologi penyimpanan baterai mulai menggantikan peran pembangkit berbasis gas untuk mengatur beban puncak (peak load). Ini semakin memperkecil ruang bagi LNG untuk masuk sebagai pengganti batu bara dalam sistem energi India.

Permintaan LNG di India saat ini sebagian besar terbatas pada sektor yang mendapat subsidi, seperti pupuk, transportasi perkotaan, dan jaringan gas kota. Bahkan di sektor industri berat seperti baja, peningkatan konsumsi gas hanya sedikit dan hampir seluruhnya berasal dari pasokan gas domestik, bukan LNG impor. Hal ini menunjukkan bahwa peralihan dari batu bara ke gas belum terjadi secara substansial di sektor-sektor dengan konsumsi energi terbesar.

Lebih jauh lagi, banyak infrastruktur LNG di India termasuk terminal impor dan jaringan pipa mengalami utilisasi yang sangat rendah. Sebagian besar pipa gas beroperasi di bawah kapasitas, bahkan ada yang di bawah 10%. Risiko terjadinya stranded assets (aset mangkrak) semakin tinggi jika harga LNG tetap mahal dan tidak ada permintaan signifikan dari sektor besar.

Secara keseluruhan, laporan IEEFA menyimpulkan bahwa LNG tidak akan menggantikan batu bara dalam waktu dekat di India, dan transisi energi di negara tersebut lebih mungkin didorong oleh energi terbarukan dan efisiensi sistem ketimbang substitusi batu bara oleh gas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |