Pesta Pora Lagi! Harga Emas Rekor Tertinggi 1 Bulan, Hampir US$3.400

21 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas berhasil melaju di zona hijau. Harga emas pun mencapai puncak satu minggu efek risiko geopolitik hingga taruhan pemotongan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Pada perdagangan Kamis (12/6/2025), harga emas dunia naik 0,92% di level US$3.384,05 per troy ons. Pada perdagangan intraday harga emas nyaris menyentuh level US$3.400 per troy ons dengan berada di level tertinggi perdagangan hari itu di US$3.398,86 per troy ons.

Harga penutupan kemarin adalah tertinggi sejak 6 Mei 2025 atau lebih dari sebulan. Kenaikan kemarin juga memperpanjang reli emas dengan menguat 1,9% dalam dua hari beruntun.

Pada perdagangan hari ini Jumat (13/6/2025) hingga pukul 06.18 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,02% di posisi US$3.384,81 per troy ons.

Harga emas mencapai puncak satu bulan lebih pada perdagangan Kamis, didorong oleh ketegangan Timur Tengah yang mereda dan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih dingin yang memicu taruhan baru pada pemotongan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

"Emas naik untuk hari kedua berturut-turut, sebagian besar karena meningkatnya risiko geopolitik. Jika emas menembus US$3.400 lagi, rintangan kecil di US$3.417 dan US$3.431 tetap ada, tetapi penembusan ke level tertinggi baru sepanjang masa tampaknya mungkin terjadi pada akhirnya," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zanier Metals, kepada Reuters.Geopolitik di Timur Tengah memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan AS memindahkan personelnya dari Timur Tengah karena "tempat itu bisa jadi berbahaya". Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh juga mengatakan pada hari Rabu bahwa jika Iran menjadi sasaran serangan, Iran akan membalas dengan menyerang pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut.

Di sisi lain, data menunjukkan indeks harga produsen AS meningkat lebih rendah dari yang diperkirakan pada bulan Mei, tertahan oleh biaya yang lebih rendah untuk layanan seperti tiket pesawat.

. Indeks harga produsen (PPI) untuk Mei hanya naik 0,1% (month to month/mtm), setelah turkoreksi 0,2% pada April.

Ekonom yang disurvei Dow Jones sebelumnya memperkirakan kenaikan 0,2% untuk bulan lalu. Imbal hasil obligasi turun pada Kamis menyusul laporan inflasi ini.

Secara tahunan, laju PPI naik 2,6% atau lebih tinggi dari 2,5% pada April 2025.

Masih terkendalinya inflasi diperkirakan akan berdampak pada keputusan The Fed. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25%-4,50% pada  Rabu mendatang. Bank sentral AS diperkirakan akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter pada September.

Sementara itu, jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran tidak berubah pada tingkat yang lebih tinggi minggu lalu karena kondisi pasar tenaga kerja terus membaik.

Para pelaku pasar melihat peluang 80% untuk penurunan suku bunga The Fed pada bulan September, dengan penurunan suku bunga kedua segera setelah bulan Oktober, dibandingkan dengan Desember seperti yang terlihat sebelum data.

Dalam perkembangan terbaru, Presiden Donald Trump mengecam Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebagai seorang "bodoh" (numbskull) pada hari Kamis, saat ia meningkatkan tekanan terhadap bank sentral untuk menurunkan suku bunga.

Trump mengklaim di Gedung Putih bahwa penurunan suku bunga sebesar 2 poin persentase akan menghemat AS sebesar US$ 600 miliar per tahun.

"Kita akan menghabiskan 600 miliar dolar per tahun, 600 miliar, hanya karena satu orang bodoh yang duduk di sana dan bilang 'Saya belum melihat alasan yang cukup untuk menurunkan suku bunga sekarang,'" kata Trump dikutip dari CNBC International.

Trump menambahkan bahwa ia tidak keberatan jika The Fed menaikkan suku bunga jika inflasi memang meningkat.

Komentar kasar Trump itu muncul hanya beberapa jam setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga produsen (PPI) di bulan Mei naik lebih rendah dari yang diperkirakan beberapa ekonom.

Laporan tersebut, bersama dengan data ekonomi lainnya baru-baru ini, meredakan kekhawatiran akan lonjakan inflasi mendadak akibat tarif - dan mendorong Trump serta para sekutunya untuk meningkatkan tekanan terhadap The Fed.

Serangan terbaru Trump terhadap Powell ini merupakan yang ketiga dalam dua hari, di mana pejabat pemerintahan lainnya juga menargetkan pemimpin bank sentral itu.

Trump menambahkan bahwa ia tidak keberatan jika The Fed menaikkan suku bunga jika inflasi memang meningkat.

Harga emas juga masih dipengaruhi negosiasi dagang.

Mengenai tarif, Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia bersedia untuk memperpanjang batas waktu 8 Juli untuk menyelesaikan pembicaraan perdagangan dengan negara-negara sebelum tarif AS yang lebih tinggi berlaku, tetapi tidak percaya bahwa itu akan diperlukan.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |