Ekspor Batu Bara ke China-India Ambles, Pengusaha Susah Cari Pengganti

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) membeberkan bahwa jumlah ekspor batu bara dari Indonesia, terutama ke India dan China, menurun sejak awal tahun 2025 ini.

Plt. Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani mengatakan, penurunan ekspor batu bara tersebut berpengaruh pada penjualan perusahaan-perusahaan batu bara di Indonesia.

Gita mengakui, tidak mudah bagi perusahaan batu bara untuk bisa mendapatkan calon pembeli baru, lantaran para pelaku usaha masih mengandalkan kontrak-kontrak yang sudah berjalan saat ini.

"Di sisi lain, mencari buyer baru memang tidak mudah. Jadi, sebagian besar pelaku usaha masih mengandalkan kontrak-kontrak yang sudah berjalan," kata Gita kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/6/2025).

Pihaknya mencatat, jumlah ekspor batu bara RI ke China hingga Mei 2025 tercatat menurun hingga 15% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Begitupun ke India, hingga saat ini ekspor batu bara ke Negeri Seribu Dewa tersebut menurun 7% dibandingkan dari tahun 2024.

"Memang ada penurunan ekspor batu bara Indonesia ke China dan India sejak awal tahun ini. Berdasarkan data kami, ekspor ke China hingga Mei 2025 tercatat turun sekitar 15% YoY, dan ke India juga menurun sekitar 7% YoY," ujarnya.

Gita menyebutkan, alasan dari penurunan ekspor batu bara ke dua negara tersebut lantaran adanya peningkatan produksi batu bara di China dan India yang menyebabkan penurunan permintaan akan batu bara dari Indonesia.

"Penurunan ini banyak dipengaruhi oleh meningkatnya produksi domestik di kedua negara, sehingga impor mereka dari Indonesia ikut berkurang," imbuhnya.

Ditambah, dia menyebut, saat ini juga terdapat persaingan dengan negara pengekspor batu bara lainnya, seperti Australia, Mongolia, hingga Rusia, yang juga disinyalir menjadi salah satu alasan permintaan batu bara ke Indonesia berkurang.

"Di saat yang sama, persaingan dengan negara lain seperti Rusia, Mongolia, dan Australia juga makin ketat, terutama dari sisi kompetitif harga," imbuhnya.

Padahal, kata Gita, saat ini penggunaan batu bara di China terpantau masih tinggi yang dinilai seharusnya masih membutuhkan impor besar dari Indonesia. Namun, alasan permintaan batu bara ke RI menurun adalah lantaran stok batu bara di Negeri Tirai Bambu tersebut juga masih mumpuni.

"Padahal biasanya setelah Imlek stok akan menurun, tapi tahun ini justru tetap tinggi. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan impor dari Indonesia belum terlalu mendesak karena stock mereka masih cukup," paparnya.

Dengan begitu, Gita mengatakan, efisiensi perlu dilakukan oleh perusahaan untuk bisa menjaga operasional usaha. Dia menilai, kondisi geopolitik yang tidak menentu saat ini juga bisa menjadi faktor kenaikan harga komoditas lain yang mempengaruhi operasional perusahaan.

"Biaya logistik otomatis ikut terdampak dan lagi harga solar untuk campuran B40 pun akan meningkat sehingga tekanan biaya tambahan. Jadi semua aspek efisiensi dari hulu ke hilir sangat penting untuk diperhatikan ke depan," tandasnya.

Ekspor Batu Bara ke China dan India

Asal tahu saja, China dan India masih menjadi pasar terbesar bagi batu bara Indonesia. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), India menempati urutan pertama dalam daftar pasar batu bara RI dengan volume menembus 108,07 juta ton atau melandai 0,79% pada 2024.

Secara nilai, ekspor batu bara ke India menembus US$ 6,25 miliar pada 2024 atau setara dengan Rp102,34 triliun atau jeblok 13,93%. India sebagai pembeli terbesar batu bara RI dalam tiga tahun beruntun dengan volume menembus 100 juta ton.

Di bawah India, terdapat China yang menjadi pasar besar batu bara Indonesia. Volume permintaan batu bara RI dari China pada 2024 melesat 14,06% menjadi 93,16 juta ton. Namun, secara nilai, ekspor batu bara ke China turun 6,04% menjadi US$ 6,55 miliar.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Soal Ekspor Batu Bara Pakai HBA, Pengusaha Minta Bertahap

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |