Semua Mata Tertuju ke BI: Apakah Suku Bunga Dipangkas Hari Ini?

5 hours ago 1
  • Pasar keuangan Tanah Air bergerak beragam sehari jelang pertemuan BI, IHSG berbalik ke zona merah, tetapi rupiah dan obligasi RI masih menguat.

  • Wall Street melemah berjamaah seiring terhentinya reli saham teknologi

  • Fokus pelaku pasar hari ini langsung tertuju pada keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan kisi-kisi APBN 2026

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air bergerak variatif sehari jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).

Pasar keuangan Indonesia hari ini diperkirakan masih volatile pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar keuangan Indonesia hari ii bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin Selasa (20/5/2025) di tutup ke zona merah, padahal pada sesi I sempat menguat ke atas level 7.200.

IHSG mengakhiri posisi kemarin di 7,094,6. Dalam sehari melemah 0,65%, menandai koreksi setelah lima hari beruntun menghijau.

Ada Sebanyak 247 saham naik, 388 turun, 172 saham tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 16,16 triliun yang melibatkan 25,51 miliar saham dalam 1,47 juta transaksi.

Mengutip Refinitiv, sebagian besar sektor berada di zona merah. Properti turun paling dalam, yakni -1,89%. Lalu diikuti oleh konsumer primer -1,23% dan teknologi -1,21%.

Adapun saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi pemberat utama IHSG dengan kontribusi -11 indeks poin. Lalu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang turun 2,84% menyumbang -9,12 indeks poin dan PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) -6,32 indeks poin.

Beralih ke pasar nilai tukar, pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau masih melanjutkan penguatan.

Merujuk data Refinitiv, pada kemarin rupiah di tutup di posisi Rp16.410/US$, menguat 0,09% dalam sehari.

Sementara indeks dolar AS (DXY) turun sebesar 0,37% ke angka 100,06 pada pukul 14:56 WIB kemarin. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang berada pada posisi 100,43.

Ketidakpastian dalam perdagangan, meningkatnya utang fiskal, dan melemahnya kepercayaan terhadap keunggulan ekonomi Amerika Serikat telah memberikan tekanan pada aset-aset negara tersebut, termasuk dolar yang mengalami pelemahan dari valuasi tinggi sebelumnya. Investor mulai kehilangan minat terhadap mata uang AS karena nilai dolar terus menurun.

Tahun ini, kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Trump mendorong investor untuk mengurangi eksposur mereka terhadap aset-aset Amerika setelah periode panjang kinerja yang baik. Meskipun dolar sempat stabil dalam beberapa sesi terakhir akibat optimisme terhadap jeda dalam perang dagang AS-Tiongkok, nilai mata uang tersebut kembali tertekan setelah Moody's menurunkan peringkat kredit negara bagian Amerika Serikat satu tingkat.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 Mei 2025. Salah satu aspek yang paling dinantikan oleh pelaku pasar adalah keputusan mengenai suku bunga acuan, di tengah perlambatan ekonomi Indonesia. Pasar kini menunggu apakah BI akan melakukan pemangkasan suku bunga untuk merespons kondisi ekonomi yang sedang melemah.

Sentimen itu juga memberikan pengaruh bagi pasar obligasi Tanah Air. Seiring dengan rupiah yang menguat, pasar surat utang juga masih di zona positif.

Berdasarkan data Refinitiv sampai penutupan kemarin, yield obligasi acuan RI untuk tenor 10 tahun turun 2,1 basis poin (bps) dalam sehari menjadi 6,83%. Ini menandai penurunan selama tiga hari.

Perlu dipahami, penurunan pada yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Ini karena sifatnya yang saling berlawanan arah dan artinya investor sedang mengakumulasi surat utang.

Pages

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |