Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kisah para raja yang identik dengan kemewahan dan pesta pora, Sisingamangaraja justru tampil berbeda. Penguasa Tanah Batak yang memimpin selama 12 generasi ini dikenal sebagai salah satu tokoh paling kaya dalam sejarah Nusantara.
Tapi alih-alih hidup glamor, sang raja dan leluhurnya lebih memilih menabung emas dan perhiasan. Sampai akhirnya, kisah ini berakhir 118 tahun lalu, tepat pada 17 Juni 1907. Di tanggal itulah raja terakhir dari trah Sisingamangaraja, Sisingamangaraja XII, gugur setelah 29 tahun melawan penjajah Belanda.
Tolak Hidup Mewah
Sumber kekayaan Sisingamangaraja bukan dari pajak rakyat atau rampasan perang, melainkan dari satu komoditas langka, yakni kapur barus. Tanah Batak sejak lama dikenal sebagai pusat produksi kapur barus terbaik dunia.
Dengan monopoli penuh atas perdagangan ini, kerajaan menjadi kaya raya. Namun, menurut penulis Augustin Sibarani dalam Perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII (1988), kekayaan itu tidak pernah digunakan untuk gaya hidup boros.
Sebaliknya, para raja dari generasi pertama hingga ke-12 justru menabung emas, intan, dan batu mulia.
"Raja-raja Sisingamangaraja dari mulai yang ke-1 hingga ke-10, semuanya suka mengumpulkan Blue Diamonds dari Ceylon. Lalu juga Intan-intan Ceylon yang dibawa untuk dari India melalui Barus. Intan-intan Ceylon ini besarnya seperti telur burung," tulis Augustin Sibarani
Bisa dibayangkan, saat banyak bangsawan di belahan dunia lain kerap membangun istana megah dan menggelar pesta, raja-raja Batak malah menimbun kekayaan dalam bentuk logam mulia.
Seberapa besar tabungan emas baru diketahui ketika terjadi serangan dari Gerakan Padri tahun 1818.
Menurut Mangaraja Onggang Parlindungan dalam Tuanku Rao (1964), para penyerang dari Padri yang sudah melumpuhkan basis pertahanan Sisingamangaraja mengambil semua perhiasan dan emas.
Seluruhnya diangkut oleh 17 kuda. Setiap kuda bisa membawa lebih kurang 60 Kg emas. Alias total emas yang diangkut mencapai 1 ton emas yang jika dirupiahkan sekarang seharga Rp1,6 Triliun.
Ini belum memperhitungkan emas yang diselamatkan keluarga Sisingamangaraja saat terjadi penyerangan. Kala itu, pihak keluarga menaruh perhiasan kerajaan ke dalam wadah penanak nasi super besar. Wadah tersebut ditaruh di tempat rahasia dan hanya diketahui beberapa orang saja.
Namun, seluruh harta kekayaan tersebut akhirnya sirna setelah eksistensi Kerajaan Tapanuli dan trah Sisingamangaraja berakhir.
Sejak saat itu, banyak bagian dari kekayaan kerajaan raib. Sebagian dijarah kolonial, sebagian dijual oleh pihak-pihak yang tak berhak. Yang paling mengejutkan, ada kabar bahwa sebagian perhiasan kerajaan Batak sampai ke tangan Ratu Victoria di Inggris.
"Perhiasan bisa sampai di Inggris karena dibawa oleh seorang bekas tentara Padri yang melarikan diri ke Kelang (Malaysia) dan menjualnya di sana," ungkap Augustin Sibarani.
Foto: Sisingamangaraja XII. (Dok. Istimewa)
Sisingamangaraja XII. (Dok. Istimewa)
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh! Harta Karun 30 Ribu Ton Emas Ditemukan di Dekat Jakarta