Sosok Ini Ungkap, Batu Bara Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi RI!

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagai eksportir batu bara termal terbesar di dunia, Indonesia disebut-sebut telah lama menggantungkan perekonomiannya pada komoditas emas hitam ini. Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru Energy Shift Institute (ESI) "Coal in Indonesia Paradox of Strength and Uncertainty".

Hazel Ilango, Principal dan Pemimpin Kajian Transisi Batu Bara Indonesia di ESI, menjelaskan bahwa sektor ini tercatat masih berkontribusi sekitar 3,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, menjadikannya salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Di daerah-daerah penghasil batu bara, kontribusi sektor ini mencapai 40% di Kalimantan Timur, 25% di Sumatra Selatan, dan 15% di Kalimantan Selatan. Namun, dengan temuan dalam laporan ini, kontribusi tersebut berpotensi terus berkurang dalam jangka panjang.

"Sebagai eksportir batu bara termal terbesar di dunia, Indonesia sejak lama mengandalkan batu bara untuk pendapatan, ekspor, dan lapangan kerja. Tidak mengherankan, sektor ini masih menyumbang sekitar 3,6% terhadap PDB nasional. Singkatnya, batu bara tetap menjadi mesin utama ekonomi negara," kata dia dalam peluncuran laporan The Energy Shift Institute "Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty", Selasa (17/6/2025).

Mengacu pada laporan tersebut, sektor pertambangan dan jasa batu bara nasional bahkan menghasilkan laba bersih hingga US$ 31,4 miliar selama 2019-2023, hanya kalah dari sektor perbankan. Sektor ini bahkan seolah tidak terdampak tren penurunan permintaan global, dengan produksi terus naik dan mencapai rekor 836 juta ton pada 2024 atau naik 7,9% dari tahun sebelumnya.

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa kondisi tersebut tidak akan berlangsung dalam jangka panjang. Pasalnya, kemampuan industri batu bara menghasilkan keuntungan besar dalam beberapa tahun terakhir hanyalah lonjakan sementara.

"Apalagi periode harga tinggi yang berkepanjangan tampaknya sudah berlalu. Meski harga masih di atas tingkatan pra-pandemi, nilainya telah turun lebih dari separuh sejak 2022," kata Hazel.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Tak Perlu Keluar dari Batu Bara Cs, Ini Alasannya

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |