Jakarta, CNBC Indonesia - Para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) pada hari Senin (17/6/2025) menyepakati sementara strategi untuk membantu melindungi pasokan mineral penting dan memperkuat ekonomi mereka. Hal ini terjadi setelah China menerapkan keputusan untuk menahan ekspor mineral tanah jarang yang penting untuk sejumlah industri besar.
Rancangan tersebut, yang menurut sebuah sumber belum disetujui oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menjelaskan bahwa pasar mineral harus mencerminkan biaya riil dari ekstraksi dan pemrosesan. Mereka pun mendorong adanya perdagangan mineral penting yang bertanggung jawab.
"Kebijakan dan praktik nonpasar di sektor mineral penting mengancam kemampuan kita untuk memperoleh banyak mineral penting," kata rancangan tersebut dikutip Reuters.
"Menyadari ancaman ini terhadap ekonomi kita, serta berbagai risiko lain terhadap ketahanan rantai pasokan mineral penting kita, kita akan bekerja sama dan dengan mitra di luar G7 untuk segera melindungi keamanan ekonomi dan nasional kita."
"Hal ini termasuk mengantisipasi kekurangan mineral penting, mengoordinasikan tanggapan terhadap gangguan pasar yang disengaja, dan mendiversifikasi penambangan, pemrosesan, manufaktur, dan daur ulang," tambahnya.
Keputusan China pada bulan April untuk menangguhkan ekspor berbagai mineral dan magnet penting mengganggu pasokan yang dibutuhkan oleh produsen mobil, produsen chip komputer, dan kontraktor militer di seluruh dunia.
Trump minggu lalu mengatakan Presiden China Xi Jinping setuju untuk membiarkan mineral tanah jarang dan magnet mengalir ke AS. Namun, tanah jarang dan mineral penting lainnya tetap menjadi sumber daya yang dapat menjadi bahan bagi Beijing.
"Pengendalian China atas tanah jarang, kobalt, galium, dan semua material penting ini merupakan senjata geopolitik yang dampaknya belum pernah terlihat dan terukur sebelumnya," kata James Kennedy, presiden Three Consulting, konsultan tanah jarang yang berkantor pusat di St Louis, kepada CNN International.
"Dan pada akhirnya, hal ini menciptakan banyak ketidakpastian. Dan itu sendiri merupakan senjata yang ampuh."
Analis melihat kepiawaian China dalam memainkan tanah jarang sebagai alat geopolitik mulai nampak dengan memberikan beberapa lisensi ekspor pertama magnet tanah jarang kepada produsen otomotif Jerman, Volkswagen. Direktur Program Keamanan Mineral Kritis di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Gracelin Baskaran, menyebut ini sebagai permainan Beijing dalam menguji mitra-mitra AS.
"Jerman berada di puncak baku tembak geopolitik. AS tidak senang bahwa Jerman secara terang-terangan bersikap cukup bersahabat dengan China. Jadi, dengan memberikan salah satu lisensi pertama, China mengirimkan sinyal yang sangat positif dalam hubungan China-Jerman," katanya.
"Di era meningkatnya ketegangan antara dua negara adikuasa geopolitik dunia ini, sistem perizinan mungkin akan tetap menjadi bentuk kekuatan yang lebih besar."
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Menkeu G7 Bahas Tarif Trump Hingga Dukungan ke Ukraina