Jakarta, CNBC Indonesia - Fasilitas beli sekarang bayar nanti atau Buy Now Pay Later (BNPL) semakin digemari masyarakat Indonesia. Sayangnya, ada beberapa kalangan usia yang menyumbang angka kredit macet dari skema pembayaran ini.
Menurut data PT Pefindo Biro Kredit (IdScore), penyaluran kredit Buy Now Pay Later (BNPL) mencapai Rp37,42 triliun atau naik 28,71% secara year on year (yoy) dari sebelumnya Rp29,08 triliun.
Meski demikian, tren kenaikan ini juga diiringi peningkatan risiko gagal bayar atau non performing loan (NPL). Per Desember 2024 hingga April 2025, NPL BNPL naik dari 3,87% ke 4,26% seiring daya beli masyarakat yang melemah pasca belanja akhir tahun.
"Tekanan ekonomi di awal tahun dan konsumsi menjelang Ramadan diperkirakan mendorong kenaikan gagal bayar," sebagaimana disampaikan tertulis kepada CNBC Indonesia, Kamis, (19/6/2025).
Dari segi usia, penyumbang kredit macet tertinggi berasal dari kalangangenerasi baby boomers atau yang berusia lebih dari 55 tahun. Salah satu alasanya Generasi baby boomers cenderung kurang akrab dengan teknologi digital.
Hal ini terutama menyangkut penggunaan aplikasi mobile banking atau fintech, penggunaan e-wallet atau paylater, sistem pembayaran otomatis, pemantauan histori kredit atau credit score online.
"Akibatnya, mereka kurang memantau dan mengelola pinjaman mereka secara real-time, sehingga potensi gagal bayar meningkat," jelasnya.
Adapun besaran NPL baby boomers per April 2025 sebesar 6,56% atau sebesar Rp 195, 34 miliar.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pay Later Laku Keras, OJK Catat Sudah Rp 28,94 T